FLORES TERKINI - Polemik terkait kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mewajibkan siswa SMA/SMK sekolah jam 5 pagi terus saja menuai pembicaraan publik.
Sebelumnya diberitakan, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mewajibkan siswa SMA di dua sekolah di Kota Kupang untuk masuk sekolah jam 5 pagi, guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk bisa bersaing di luar NTT.
Dua sekolah saja di NTT itu adalah SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6, yang menjadi sampel atau contoh untuk dilakukan pembelajaran mulai jam 5 pagi, sebelum akhirnya diundur ke jam 05.30 WITA.
Menanggapi kebijakan itu, mantan dosen yang pernah mengajar di Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta, Drs. Yoseph Hayon, M.Hum., ketika ditemui di kediamannya di Ritaebang, Kecamatan Solor Barat pada Jumat, 3 Maret 2023, menilai bahwa kebijakan yang diambil oleh Pemprov NTT terlalu prematur.
Yoseph Hayon mengatakan, untuk memajukan pendidikan anak bukan dilihat dari waktu dimulainya pelajaran, namun semuanya terpulang pada kualitas guru yang menjalankan kurikulum yang ada.
Dirinya mengatakan, pada jam 5 pagi, secara kognitif atau ilmu pengetahuan, siswa belum dapat menyerap semua materi yang diajarkan itu dengan baik, kecuali aspek rohaninya di mana jam seperti ini memang bisa dilaksanakan siswa.
Baca Juga: Jokowi Minta Menpan RB Prioritaskan Honorer di 2023, Tenaga Non ASN Langsung Diangkat?
"Siswa SMA diwajibkan sekolah mulai jam 5 pagi ini terlalu prematur kebijakannya. Jika mau supaya siswa di NTT bisa bersaing di luar maka sebaiknya perkuat kualitas gurunya agar dapat menjalankan kurikulum dengan baik," ujar Yoseph Hayon, putra asli Kelurahan Ritaebang.