Tragis, Dua Warga Ende Tewas Tertimbun Longsor: Kisah Saudara yang Berujung Duka

Flores Terkini - 23 Mei 2024, 06:55 WIB
Penulis: Ade Riberu
Editor: Tim Flores Terkini
Satu unit exavator sedang membersihkan material berupa batu dan tanah dari lokasi kejadian dan memastikan tidak ada korban lain, Rabu, 22 Mei 2024.
Satu unit exavator sedang membersihkan material berupa batu dan tanah dari lokasi kejadian dan memastikan tidak ada korban lain, Rabu, 22 Mei 2024. /Dok. Ist./Ho-FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Dua warga Kelurahan Lokoboko, Kecamatan Ndona, Kabupaten Ende, mengalami musibah tragis. Patrianus Padi dan Philipus, yang diketahui masih memiliki hubungan keluarga dekat, tewas tertimbun material batu dan tanah akibat robohnya tembok penyokong Kapela Santo Petrus Lokoboko. Kedua rumah korban terletak bersebelahan, menunjukkan betapa dekatnya hubungan mereka.

Kronologi Kejadian

Peristiwa tersebut terjadi pada Rabu, 22 Mei 2024, sekitar pukul 16.00 WITA. Henderikus Rapa, salah satu saksi mata yang juga berada di lokasi kejadian, mengungkapkan bahwa pada hari tersebut, umat Katolik dari Lingkungan 2 Stasi Santo Petrus Lokoboko dijadwalkan untuk bekerja membangun tembok penyokong kapela.

Baca Juga: Kacab Kejari Flores Timur Siapkan Strategi Sakti Kalahkan Pemohon, Layangkan Panggilan Ketiga Buat APB

"Hari ini yang bekerja kami dari tiga KUB, tapi yang masuk di dalam galian fondasi ini sekitar 5-6 orang untuk menggali. Saya bagian pacul, dan yang skop ini mereka dua korban yang ada di belakang saya," kata Henderikus.

Saat sedang menggali, tiba-tiba terdengar bunyi tanah longsor. Henderikus segera melompat keluar dari lubang galian, namun kedua korban tidak seberuntung itu. "Ketika dengar bunyi tanah jatuh saya lompat dari bawah sudah tidak bisa hanya lari pakai lutut saja, saat saya toleh ke belakang tembok sudah jatuh," lanjutnya.

Mendengar suara tanah longsor, warga sekitar segera berdatangan untuk membantu evakuasi. Kedua korban tertimbun material berupa batu dan tanah di lubang galian pondasi yang diperkirakan setinggi dada orang dewasa. Kedua korban yang berusia di atas 50 tahun tersebut diketahui masih saling memanggil dengan sebutan "eja" dalam bahasa setempat, yang menandakan hubungan kekeluargaan yang erat.

Baca Juga: SMAK Santo Mikhael Solor Lepaspisahkan 24 Siswa Angkatan ke-7

Alami Gangguan Pendengaran

Seorang saksi lain yang enggan disebutkan namanya, menjelaskan bahwa kedua korban mengalami sedikit gangguan pendengaran. "Saya lagi duduk kan kami sementara istirahat, kedua korban ini kan agak sedikit terganggu dengan pendengarannya jadi tidak dengar jadi pada saat orang teriak mereka tidak bereaksi hanya karena lihat orang lari mereka dua ikut lari tapi yang di ujung sana itu posisinya lagi gali jadi dia tidak sadar baru telinga juga agak terganggu," ujar saksi yang memakai baju hitam tersebut.

Kata dia, ketika tanah mulai longsor, salah satu korban berlari ke arah yang salah, menuju longsoran bukannya menjauh, sehingga tertimbun material batu dan tanah.***


Tags

Terkini