FLORES TERKINI — Fraksi Nurani Sejahtera DPRD Sikka menyoroti kondisi infrastruktur jalan rabat di kawasan Wuring, khususnya di sekitar Pasar Wuring, yang dinilai belum mendapat perhatian memadai dari pemerintah daerah. Jalan yang merupakan akses vital bagi masyarakat pesisir itu disebut mengalami kerusakan parah dan memperburuk aktivitas ekonomi warga setempat.
Sorotan tersebut disampaikan anggota Fraksi Nurani Sejahtera, Beatus Wilfridus Djogo, saat membacakan Pemandangan Umum Fraksi terhadap Rancangan Kebijakan Umum Anggaran dan Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) APBD Sikka Tahun Anggaran 2026.
"Jalan tersebut merupakan akses vital bagi aktivitas ekonomi masyarakat pesisir, nelayan, pedagang, serta distribusi barang kebutuhan pokok, (tapi sekarang) dalam keadaan rusak, becek saat hujan dan berlumpur, sehingga menghambat mobilitas warga serta memperburuk rantai distribusi hasil tangkap dan komoditas pasar," ujar Beatus Djogo dalam Rapat Paripurna VI Masa Sidang III Tahun 2024/2025 di Gedung DPRD Sikka, Selasa, 1 Juli 2025.
Baca Juga: Fraksi Nurani Sejahtera Soroti Rendahnya Realisasi PAD dan Strategi Kinerja Pemkab Sikka
Menurutnya, kondisi jalan tersebut bertolak belakang dengan semangat penguatan ekonomi lokal berbasis masyarakat pesisir yang selama ini telah menjadi arah kebijakan daerah, sebagaimana tertuang dalam dokumen KUA-PPAS maupun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Fraksi Nurani Sejahtera menegaskan, pandangan tersebut disampaikan berdasarkan pengamatan langsung terhadap dinamika sosial-politik serta kondisi faktual masyarakat di berbagai kecamatan. Selain itu, aspirasi tersebut juga merupakan bentuk tanggapan atas keluhan dan suara masyarakat yang disampaikan kepada para anggota dewan.
"Ini sebagai bentuk tanggung jawab moral dan politik fraksi terhadap cita-cita Sikka yang lebih adil, setara, dan sejahtera," imbuhnya.
Baca Juga: Fraksi Nurani Sejahtera Desak Pemkab Sikka Bebaskan Proyek dari Intervensi Politik
Dalam penyampaian tersebut, Fraksi Nurani Sejahtera juga mengingatkan, masyarakat sering kali merasakan adanya ketimpangan perlakuan dari satu masa kepemimpinan ke masa kepemimpinan berikutnya. Meskipun begitu, masyarakat tetap setia pada tanah kelahirannya.