Network
FLORES TERKINI - Sekolah Rakyat bukan cuma soal belajar gratis. Mulai tahun ajaran 2025, anak-anak dari keluarga prasejahtera akan dapat fasilitas yang bikin iri. Bukan hanya seragam dan makan tiga kali sehari, tapi juga satu unit tablet khusus untuk belajar. Ya, pemerintah benar-benar serius menggarap ini.
Program ini dicanangkan Menteri Sosial Saifullah Yusuf. Nama populernya: Gus Ipul. Ia menyebut semua jenjang akan kebagian—dari SD sampai SMA. Tidak ada yang tertinggal, tak peduli di Aceh atau di pelosok Papua.
Tablet itu bukan sembarang tablet. Bukan juga tablet warung yang bisa buat main TikTok atau scroll Instagram. Tablet ini khusus untuk belajar. Isinya sudah dikunci mati. Tidak bisa dipakai buat main Mobile Legends apalagi nonton drakor.
Apa Isi Tablet Itu?
Bekerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), pemerintah memastikan hanya materi pelajaran yang bisa diakses. Tidak ada iklan pop-up, tidak ada aplikasi media sosial. Boro-boro bisa browsing bebas, masuk situs hiburan saja sudah diblok.
Gus Ipul bilang, ini demi menjaga fokus anak-anak. Mereka dari keluarga miskin ekstrem. Gawai bisa jadi barang langka di rumah. Jadi, tablet ini bukan hadiah, tapi jembatan. Jembatan untuk masuk ke dunia pendidikan digital tanpa harus keluar ongkos.
Tablet ini dipinjamkan, bukan dikasih. Kalau lulus, ya dikembalikan. Kecuali kalau hilang—mungkin bisa bikin surat kehilangan ke RT. Tapi itu belum diatur. Intinya, selama masih belajar, anak-anak akan pegang alat belajar digital di tangan sendiri.
Siapa Saja yang Dapat?
Sekolah Rakyat akan dimulai di 100 titik, menyebar dari barat sampai timur Indonesia. Targetnya 9.700 anak dari keluarga prasejahtera. Yang dipilih adalah mereka yang benar-benar butuh. Pemerintah sudah siapkan asrama, makanan, hingga biaya sekolah. Semua gratis.
Tanggal mulai? Catat: 14 Juli 2025. Jangan sampai telat. Sekolah Rakyat ini bukan sekolah darurat atau ala kadarnya. Konsepnya rapi. Visi pemerintah jelas: anak miskin pun berhak belajar dengan fasilitas digital setara anak kota.
Bahkan jika dihitung, satu tablet saja bisa bernilai sekitar Rp3 juta (setara 185 dolar). Belum termasuk biaya internet yang juga akan disubsidi. Total pengeluaran pemerintah jelas tidak kecil. Tapi niatnya besar: memutus rantai kemiskinan lewat pendidikan.
