Akibat ketidakdisiplinan dan sikap mencuri ini, siswa seminari itu terancam dikeluarkan. Namun berkat Frater Gusti Iri maka ia tetap dipertahankan.
Analogi Frater Gusti waktu itu sederhana saja. Dalam pembelaannya, Frater Gusti mengatakan, apakah satu buah mangga bisa membatalkan panggilan seorang anak yang ingin menjadi imam Tuhan?
Analogi sederhana ini merupakan bentuk perhatian dan tanggung jawab Frater Gusti pada masa itu guna mendukung panggilan para siswa di Seminari Hokeng.
Baca Juga: IN MEMORIAM! Pastor Sypri Sande: Sosok Imam Sederhana dan Pekerja
Cara bicaranya yang tenang dan pelan serta sifatnya yang baik dan peduli terhadap para siswa menjadikan Frater Gusti pada masanya adalah sosok yang dikagumi banyak siswa, plus kedekatannya dengan para seminaris.
Sewaktu menjadi frater, Romo Gusti dan rekannya Romo Moses Watan Boro (guru Matematika kami di Seminari Hokeng) sangat banyak memberikan kami kontribusi dalam bidang pendidikan.
Setelah jadi imam, Romo Gusti Iri masih seperti yang dulu. Perawakannya kalem, tenang dan berwibawa. Suaranya pelan dan cara bicaranya amat teratur.
Tak banyak yang saya rekam. Tapi sejak jadi imam, beberapa tulisan Romo Gusti yang cerdas dan mendidik baik dari segi hukum dan pertimbangan politik-etis selalu memenuhi ruang media massa, baik cetak maupun online.