Ia sering tampil bersama rombongan para imam di jalan untuk membela kepentingan masyarakat banyak. Suara kenabiaannya tidak hanya bergetar di mimbar gereja namun memekik di jalan-jalan perjuangan.
Ia adalah aktivis Gereja, yang diharapkan jadi penerus Romo Frans Amanue, imam berambut putih yang pernah berseteru dengan Bupati Felix Fernandez kala itu.
Romo Gusti Iri adalah salah satu pastor yang berani ke luar dari rasa nyaman dan merasakan betul perjuangan kaum marjinal. Ia prihatin, bahkan peduli pada nasib masyarakat yang seringkali absen dari perhatian Pemda setempat. Sebab, “Satu hal yang paling memalukan di hadapan Tuhan adalah ketidakadilan,” kata Romo Gusti.
Baca Juga: Pesan Paus Fransiskus di Hari Komunikasi Sosial Sedunia 2023, Ada Petuah Penting bagi Para Jurnalis
Ia adalah sosok imam yang cerdas dan peduli. Kepeduliaannya merupakan bentuk kepedulian Kristus kepada umat-Nya. Kini, imam yang peduli itu kembali menghadap Tuhan. Tentu banyak orang kehilangan sosok imam yang satu ini.
Sebab, selama hidupnya Romo Gusti sungguh menghayati kata-kata Paus Fransiskus: Saya lebih memilih "Gereja yang memar, terluka dan kotor karena pergi keluar ke jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena menutup diri dan nyaman melekat pada rasa amannya sendiri” (Evangelii Gaudium, 49).
Ia telah pergi, tetapi api perjuangannya terus menginspirasi. Selamat jalan Kakak Romo, Tuhan yang kita imani bersama menjemputmu di pintu rahim-Nya.***