Kisah Sangguana Kembali Hidup di Konser Suara 1.000 Sasando Labuan Bajo

29 September 2022, 08:57 WIB
Konser Suara 1.000 Sasando di Labuan Bajo, Flores, NTT. /ANTARA/Fransiska Mariana Nuka

FLORES TERKINI – Kisah tentang Sangguana yang melahirkan alat musik tradisional NTT kembali ‘hidup’ di Konser Suara 1.000 Sasando yang digelar di Waterfront Marina Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Rabu, 28 September 2022 malam.

Dalam konser yang bertajuk “Magical Sound of Sasando for The World” itu, cerita tentang legenda Sangguana, yang diyakini sebagai pencipta sasando, kembali ditampilkan.

Direktur Musik Konser, Izhu Nisnoni, mengisahkan, semulanya pemuda Sangguana yang terdampar di Pulau Rote jatuh cinta kepada seorang putri Rote.

Baca Juga: Konser Suara 1.000 Sasando di Labuan Bajo Pecahkan Rekor MURI

Putri tersebut kemudian memberikan syarat kepada Sangguana untuk membuat alat musik yang tidak pernah ada di dunia, dan jadilah sasando.

“Jadi pas ending terakhir itu nanti ada sosok Sangguana yang diarak sebagai pemenang, tanda kemenangan, diarak dengan tandu membawakan sasando untuk tuan putri. Tuan putri itu yang sebagai penyanyi juga, penyanyi Rote yang melagukan ‘Sari Sandoria’ yaitu tentang sasando,” ujar Izhu, dilansir Flores Terkini dari presidenri.go.id, Kamis, 29 September 2022.

Izhu berharap, konser yang akhirnya meraih penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sebagai pagelaran sasando oleh pemain terbanyak itu dapat menginspirasi generasi muda dan melahirkan banyak pemain sasando.

Baca Juga: Prediksi Laga Final ETMC XXXI 2022 Persebata vs Perse Ende Kamis 29 September 2022: Adakah Drama Adu Pinalti?

Selain itu, kata dia, konser ini diharapkan dapat membuat sasando makin dikenal di dunia internasional sehingga tidak akan diklaim oleh negara lain.

“Pemerintah harus lebih peka terhadap budaya yang kita punya biar tidak terjadi pengklaiman di seluruh budaya di provinsi di Indonesia ini,” tandasnya.

Sementara itu menurut Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, konser tersebut hadir atas prakarsa istri Gubernur NTT, Julie Laiskodat, yang mengumpulkan 1.000 pemain sasando untuk bermain bersama.

“Oleh karenanya, kami catat sebagai pagelaran sasando oleh pemain terbanyak sebagai rekor dunia karena di belahan dunia manapun tidak ada, belum ada bermain sasando dengan 1.000 orang,” ujar Yusuf.

Baca Juga: Takdir Cinta yang Kupilih 29 September 2022: Mampus! Tammy Mati Kutu Diajak Novia Tonton Rekaman CCTV

Dia juga berharap, konser tersebut dapat menginspirasi para seniman NTT, seniman nusantara, juga para perajin sasando, serta semua masyarakat untuk menghormati sasando sebagai budaya lokal Pulau Rote Ndao yang harus senantiasa dilestarikan.

Sangguana dan Lahirnya Sasando

Dikutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, Sasando adalah alat musik tradisional yang berasal dari Rote, NTT.

Sasando, yang seharusnya bernama sasandu (bunyi yang dihasilkan dari getar), lahir dari inspirasi penemunya, dari hasil interaksi dengan alam.

Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini Kamis 29 September 2022: Nyawa Andin Terancam, Agus Rimba Berhasil Masuk ke Kamarnya

Meski demikian, terdapat berbagai versi mengenai sejarah lahirnya alat musik tradisional khas masyarakat NTT ini.

Di antara berbagai versi, terdapat satu cerita menurut legenda orang Rote, yang dikisahkan kembali oleh Yusuf Nggebu (almarhum), dikutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id.

Diceritakannya bahwa ada seorang pemuda bernama Sangguana (1950-an) yang terdampar di Pula Ndana ketika sedang melaut.

Oleh penduduk, ia kemudian dibawa ke kerajaan setempat. Sangguana yang memiliki bakat seni membuat putri istana terpikat. Sang Putri Rote pun meminta Sangguana menciptakan alat musik yang belum pernah ada.

Baca Juga: Begini Akhir dari Kasus Natalie Afi yang Viral Gegara Dituding Punya Akun Alter Syur

Suatu malam, Sangguana bermimpi memainkan alat musik dengan suara yang indah dan merdu. Ia pun mengilhaminya dan menciptakan sebuah alat musik yang diberi nama Sandu, artinya bergetar.

Ketika sedang memainkannya, Sang Putri bertanya lagu apa yang dimainkan dan Sangguana menjawab: “Sari Sandu”.

Alat musik itupun ia berikan kepada Sang Putri yang kemudian menamakannya Depo Hitu, yang artinya ‘sekali dipetik, tujuh dawai bergetar’.****

Editor: Ade Riberu

Sumber: presidenri.go.id warisanbudaya.kemdikbud.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler