Mengenal Ritual Ka Po’o di Kampung Aunua, Tata Berladang “Nasi dalam Bambu”

22 Desember 2022, 07:47 WIB
Kepala Suku Kampung Aunua dan para penggarap sedang menanak nasi dalam bambu. /Jordy/Flores Terkini

FLORES TERKINI – Ka Po’o adalah ritual di Kampung Aunua (Potu), Desa Mautenda, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur NTT), yang biasanya dilakukan satu tahun sekali.

Salah satu kepala suku atau pemaku adat Kampung Aunua yang disebut dengan bahasa setempat dengan Mosalaki Pu’u, Karolus Pale, mengatakan bahwa Ka Po’o adalah ritual adat yang unik.

Ia menjelaskan, Ka Po’o merupakan ritual adat yang ditandai dengan upacara menanak nasi dalam bambu oleh para ibu setempat.

Baca Juga: Pelni Tambah 1 Kapal Guna Antisipasi Lonjakan Penumpang Saat Libur Nataru, Ini Rutenya

“Sesudahnya, nasi akan dimakan bersama seluruh Mosalaki dan penggarap, dalam tradisi tata berladang Suku Lio-Ende,” kata Karolus.

Ia menambahkan, Ka Po’o merupakan salah satu ritual adat yang penting dan digelar setiap tahun dengan melibatkan seluruh pemangku adat dan para penggarap atau yang disebut Fai Walu Ana Kalo.

Ka Po’o merupakan ritual adat yang ditandai dengan upacara memasak nasi dalam bambu oleh para ibu dan makan bersama seluruh Mosalaki dan penggarap dan membuka lahan atau ladang baru dalam sistem berladang Suku Lio,” ujarnya.

Baca Juga: Bibit Siklon Tropis Muncul di Laut Timor, BMKG Minta Warga Waspadai Hujan Petir dan Angin Kencang

Tahun ini, ritual adat tersebut telah digelar pada Jumat, 25 November 2022 lalu.

“Ritual ini menekankan makna kebersamaan dan kekeluargaan sebagai masyarakat adat yang hidup bergantung pada musim bertani dan berladang,” kata Karolus menjelaskan.

Menurutnya, tradisi ini terus diwarisi setiap tahun sebagai bentuk syukur dan permohonan kepada leluhur, sebelum mereka membuka lahan baru.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok Kamis 22 Desember 2022 Aries, Taurus, dan Gemini: Berikan yang Terbaik Pada Pasangan

Lebih lanjut kata dia, acara ini berpusat di rumah adat, dan selanjutnya dibuat di kebun adat.

“Acara ini mewajibkan semua penggarap dan Mosalaki untuk makan dari hasil Are Po’o (nasi yang telah dimasak dengan cara dibakar dalam bambu),” tuturnya.

Selain itu, kata Karolus, ritual adat ini disertai dengan larangan atau pantang adat (Pire), yang wajib dituruti oleh semua penggarap.

Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Kamis 22 Desember 2022: Elsa dan Andin Kecelakaan, Aldebaran Kembali Tuding Abimana

“Setelah upacara Ka Po’o, dilanjutkan dengan pelaksanaan Pire selama dua hari patangan. Ini bertujuan agar para penggarap menaati wejangan Mosalaki sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan tradisi para leluhur, juga saat untuk menyiapkan segala peralatan berladang,” jelasnya.

Karena ada pantangan maka ada sanksi adat (Poi) oleh para Mosalaki. Pantangan dimaksud berupa larangan untuk tidak menyentuh atau memetik dedaunan tertentu, tidak boleh beraktivitas di kebun, tidak diperkenankan menjemur pakaian di luar rumah, serta bakar-bakaran di luar rumah.

“Selain sanksi adat, diyakini ada campur tangan leluhur,” katanya.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Besok Kamis 22 Desember 2022 Cancer, Leo, dan Virgo: Saatnya Bersama Keluarga

Sementara itu, keterlibatan para ibu dalam memasak nasi memiliki makna bahwa perempuan adalah rahim kehidupan (bumi), sehingga diyakini juga dapat mendatangkan kesuburan, kelimpahan panen, serta rezeki dalam keluarga.

“Perempuan selalu terlibat karena disimbolkan sebagai bumi, rahim yang memberikan kesuburan dan kelimpahan panen. Sementara laki-laki disimbolkan sebagai langit yang merawat, menjaga, dan melindungi,” lanjut Karolus.

Dia menjelaskan, prinsip laki-laki dan perempuan identik dengan langit-bumi yang saling melengkapi satu sama lain, sekaligus menunjukkan adanya kesetaraan gender dalam tatanan adat.

Baca Juga: Trailer Ikatan Cinta 22 Desember 2022: Andin Kritis, Insting Aldebaran Temukan Jejak Pelaku

Ritual adat ini juga melambangkan persekutuan adat yang tidak terceraikan dan segala pemohonan serta sesajian kepada para leluhur mendapat restu kelimpahan panen dan keberhasilan.

“Ritual ini sebagai permohonan kepada para leluhur yang telah meninggal dan disajikan makananan oleh Kepala Suku Aunua (Mosalaki Pu’u,” tegas Karolus Pale setelah menyelesaikan sesajian untuk para leluhur.

“Saya mengajak kita semua bagi kaum muda-mudi, penting menjaga kebudayaaan adat Ende-Lio karena kaya akan budaya dan unik, yang berada di lingkungan kampung adat kita masing-masing,” pungkasnya.*** (Kontributor: Petrus Yordius Logo)

Editor: Ade Riberu

Tags

Terkini

Terpopuler