Ingin Maju Serupa Wae Rebo di NTT? Simak 3 Kunci dalam Memajukan Desa Wisata, Para Pengelola Wajib Tahu!

4 Juni 2023, 07:43 WIB
Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo menjelaskan 3 kunci dalam memajukan desa wisata pada acara The 4th Kampoeng Kreasi 2023 di Royal Plaza Surabaya, Jawa Timur, Sabtu, 3 Juni 2023. /I Gusti Ayu Dewi Hendriyani/Kemenparekraf/Kemenparekraf

FLORES TERKINI – Desa Wisata merupakan salah satu fokus perhatian pemerintah saat ini guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena itu dalam pengembangannya, terdapat setidaknya 3 kunci yang harus diperhatikan para pengelolanya.

Menurut Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf), Angela Tanoesoedibjo, ketiga hal tersebut harus dipahami dan dipersiapkan dengan matang oleh pengelola Desa Wisata, sehingga mampu meningkatkan length of stay, jumlah belanja wisatawan, dan menyejahterakan masyarakat.

Hal tersebut disampaikan Wamenparekraf Angela saat memberikan sambutan dalam acara The 4th Kampoeng Kreasi 2023 yang berlangsung di Royal Plaza Surabaya, Jawa Timur, pada Sabtu, 3 Juni 2023.

Baca Juga: Timnas Argentina Bakal ke Labuan Bajo? Begini Kata Menparekraf Sandiaga Uno

3 Kunci Memajukan Desa Wisata

Wamenparekraf Angela kemudian membeberkan 3 kunci memajukan Desa Wisata yang wajib diketahui para pengelola. Berikut uraian selengkapnya.

1. Desa Wisata harus diposisikan sebagai destinasi

Artinya, pengembangan desa memang diperuntukkan sebagai tujuan wisata yang bisa dikunjungi untuk tinggal atau bermalam di dalamnya, sekaligus mengenal lebih dalam hal adat istiadat masyarakat desa.

Baca Juga: Jadi Satu-satunya Perwakilan OTA Internasional, tiket.com Siap Dukung Perkembangan Desa Wisata Indonesia

Sebagai contoh Desa Wisata Wae Rebo yang berada di Nusa Tenggara Timur (NTT). Walaupun perlu menempuh empat hingga enam jam perjalanan darat dan dua jam pendakian untuk tiba di Desa Wae Rebo, tapi tidak menurunkan ketertarikan wisatawan untuk berkunjung, merasakan, dan melihat langsung adat-istiadat yang masih dilestarikan oleh masyarakat desa hingga kini.

Tidak sedikit dari wisatawan yang bermalam di Mbaru Niang, yaitu rumah adat Desa Wae Rebo yang berbentuk kerucut.

"Ini namanya Desa Wisata yang memang menjadi destinasi. Tidak semua bisa begini memang, harus ada keunikan tersendiri dari desa tersebut yang bisa menjadi top of mind yang tidak ditemukan di mana pun," kata Wamenparekraf Angela.

Baca Juga: Puluhan UMKM Dilibatkan dalam Pesta Rakyat Labuan Bajo, Dari Nagekeo hingga Lembata

2. Desa Wisata dengan beragam aktivitas ekonomi kreatif

Contoh Desa Wisata yang menghadirkan beragam aktivitas ekonomi kreatif adalah Desa Giriloyo, Yogyakarta. Di Desa Wisata yang lebih dikenal dengan kampung batik ini tersedia aktivitas membatik yang tentunya memberikan pengalaman baru bagi wisatawan.

"Saya kemarin ke Desa Giriloyo di Yogyakarta, nah itu desa batik. Kita belajar membatik di sana. Waktu itu saya cuma beberapa jam jadi hasil karya saya masih berantakkan. Tapi saya yakin kalau kita beberapa hari di sana itu langsung kita bisa mempraktikkan dan kita bisa bawa pulang karyanya, kita bisa pakai batiknya," ujar Angela.

Baca Juga: Mengenal Tarian Tiba Meka yang Bakal Mewarnai Acara Penyambutan Tamu KTT ASEAN 2023 di Labuan Bajo

3. Desa Wisata sebagai pemasok rantai pariwisata

Desa Wisata yang mengedepankan agrowisata sebagai daya tarik utama bisa mengambil peran ini untuk menjalin kerja sama dengan industri hotel dan restoran untuk memenuhi kebutuhan mulai dari telur, sayur-sayuran, buah-buahan, hingga produk camilan UMKM.

“Ini adalah peluang yang bagus. Desa Wisata kita yakini bisa menciptakan lapangan kerja dan kita harapkan muda-mudi desa ini tetap tinggal di desa, berkarya dan membangun desa. Oleh karena itu, kita harus berikan banyak potensi dan kesempatan baru bagi generasi muda untuk tetap berkarya di desa dan mengembangkan desa," ujarnya.

Baca Juga: Obyek Wisata Populer di NTT yang Wajib Dikunjungi, Cocok Untuk Mengisi Libur Lebaran

Meski demikian, tambah Angela, yang menjadi tantangan desa sebagai pemasok rantai pariwisata adalah konsistensi, kualitas, dan kuantitas. Artinya, pengelola Desa Wisata harus memiliki kemampuan mempertahankan kualitas yang telah dibangun dan mampu memenuhi kebutuhan pelaku industri hotel ataupun restoran.

"Bagaimana di kelembagaannya itu kita bisa pastikan ada standar tertentu yang bisa terjaga. Jadi memang butuh penyalur, perlu ada suatu konsep yang bisa memastikan kualitas dan kuantitasnya terjaga," pungkas Angela.***

Editor: Ade Riberu

Sumber: kemenparekraf.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler