FLORES TERKINI – Hendro Wawin adalah pemuda asal Desa Lamalera, Kecamatan Wulandoni, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Desa yang ditempati Hendro merupakan salah satu desa nelayan tradisional yang menjadikan laut sebagai ladang kehidupan mereka.
Hendro dan masyarakat lainnya di desa ini telah berhasil mengirimkan anak-anaknya untuk mengenyam pendidikan yang tinggi hanya bermodal dari hasil laut mereka.
Baca Juga: Tips Menjadi Petani Sukses Ala Ahmad Lassan, Anak Muda Asal Flores Timur-NTT
Selain itu, masyarakat di Desa Lamalera dikenal memiliki tradisi berburu ikan paus yang telah diturunkan bertahun-tahun oleh nenek moyangnya.
Tradisi berburu ikan paus ini tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi hingga ke mancanegara.
Namun, Hendro dan masyarakat setempat tidak sembarangan untuk berburu paus, hanya paus yang sudah tua saja yang mereka buru.
Apabila mereka menemukan paus muda maka hendro dan masyarakat nelayan lainnya di desa ini akan mengembalikannya ke laut lepas.
Mereka juga bersepakat secara adat jika dalam setahun tidak boleh lebih dari 15 paus yang diburu. Dengan demikian, mereka tetap menjaga agar paus tidak punah.
Hendro dan para nelayan melakukan pemantauan dari bibir pantai dan dari atas bukit untuk berburu paus.
Beberapa orang yang senantiasa berada di bukit tersebut untuk memantau, sambil melakukan kegiatan lainnya seperti memperbaiki jala, menganyam atap perahu dari daun lontar, memasak, atau membaca buku.
Jika mereka melihat paus, mereka akan berteriak "baleo" yang berarti paus. Teriakan ini membuat Hendro dan para nelayan yang berada di bibir pantai segera bersiap melaut.
Mereka akan mengirimkan sebuah perahu untuk mengamati jenis dan umur paus. Perahu ini dikenal dengan nama pledang.
Apabila mereka melihat bahwa ikan paus itu layak ditangkap, mereka akan memanggil perahu-perahu lain untuk mendekat.
Daging dan minyak paus yang Hendro dan masyarakat berhasil tangkap kemudian akan dibagi ke seluruh warga desa.
Pembagian diutamakan bagi janda dan yatim piatu, baru kemudian ke penangkap paus, pemilik perahu, dan masyarakat lainnya.
Selain itu, daging ikan paus dapat ditukar dengan jagung, umbi-umbian, buah-buahan, dan sayuran dari masyarakat pegunungan.
Kegiatan barter ini biasanya dilakukan di Pasar Wulandoni yang terletak sekitar 3 km dari desa Lamalera.***