Gangguan Jaringan Listrik di Solor Sering Terjadi: Yantek Mengap-mengap, Koordinator Pantau dari Jauh

13 Mei 2024, 10:48 WIB
Salah satu wilayah yang dialiri jaringan listrik di Pulau Solor, Flores Timur-NTT. /Eman Niron/FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Warga di Pulau  Solor, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), pada Minggu, 12 Mei 2024 dan  Senin, 13 Mei 2024 kembali menikmati penderitaan akibat pemadaman listrik dari Unit Pembangkit Listrik (UPL) PLN  Solor.

Ditengarai, pemadaman tersebut disebabkan oleh munculnya  gangguan pada sisi pembangkit yang berlanjut dengan kemunculan gangguan pada sisi jaringan.

Pada Minggu, 12 Mei 2024 sekitar pukul 17.25 WITA, beberapa warga di Kelurahan Ritaebang Solor Barat melayangkan keluhan soal pemadaman listrik yang mendadak terjadi.

Aktivitas warga yang hendak melaksanakan perayaan ekaristi di Gereja Santu Yohanes Pembabptis Ritaebang pun terkocar-kacir akibat gelap yang menyelimuti hunian mereka.

Kondisi itu pun berlanjut hingga usai perayaan ekaristi. Perjalanan warga yang adalah umat Katolik dari gereja ke rumah sarat bertemankan gulita. Pengeluhan serupa lebih deras mengalir di seputaran rumah duka, di lingkungan Augelarang, Kelurahan Ritaebang.

Namun kondisi itu kembali pulih pada beberapa jam setelahnya. Oleh beberapa anggota grup FAMILY PLN SOLOR menyebut, pemadaman tersebut disebabkan oleh gangguan pada sisi pembangkit.

Koordinator pembangkit UPL Solor, Yarit, tatkala dikonfirmasi melalui saluran WhatsApp pada Senin, 13 Mei 2024, tentang sebab pemadaman yang terjadi lagi di hari Senin subuh tersebut enggan menyahuti awak media FLORESTERKINI.com.

“Kalau di Minggu Sore kemarin, pemadaman akibat gangguan pada salah satu pembangkit. Kondisi itu sebenarnya sudah terlihat pada pagi hari, namun sepertinya tak ada respon. Nah, ketika sore baru terlihat ada tindakan untuk mengatasi gangguan pada komponen turbo MTU 02,” ujar seorang anggota grup FAMILY PLN SOLOR.

Sementara itu, pemadaman yang terjadi pada Senin, 13 Mei 2024 sekitar pukul 04.00 WITA hingga pukul 09.00 WITA itu disebabkan oleh gangguan pada sisi jaringan.

“Petugas sedang melacak, mohon bersabar,” begitulah  penjelasan pihak manajemen UPL Solor terkait kondisi tersebut sebagaimana yang dituturkan anggota grup FAMILY PLN SOLOR tersebut.

Kondisi tersebut berlangsung selama enam jam lamanya. Aliran listrik baru terlihat normal pada pukul 09.25 WITA.

Petugas Yantek Mengap-mengap, Koordinator Pantau Lewat HP

Penyebab pemadaman listrik PLN di UPL Solor selalu didominasi oleh gangguan pada sisi jaringan. Hambatan itu sering terjadi pada wilayah CO Tanalein.

Rintangan yang bersumber dari pepohonan di jalur Dusun Lewolein, Desa Lamaole, menuju Desa Tanalein, dan dari Desa Tanalein ke Desa Lewotana Ole, selalu membuat petugas Yantek di kantor jaga Ritaebang (Solor Barat) terbirit-birit.

Di wilayah dengan lintasan jaringan listrik PLN yang sangat luas dan bermedan berat itu hanya memiliki dua petugas Yantek, yakni Hironimus Koda dan Erdus Lakun.

Bila terjadi gangguan pada sisi jaringan di wilayah kerja kantor jaga Riatebang, Koda dan Erdus langsung bergerak melakukan pelacakan hingga menemukan sumber gangguannya, dan menyelesaikan kemelut itu.

Secara keseluruhan, jumlah tenaga yantek di UPL Solor berjumlah enam orang. Dua di antaranya siaga di area Menanga, 2 di Kalelu (PLTS), dan 2 di Ritaeabang.

Petugas Yantek di UPL Solor dikomandani oleh koordinator jaringan yang sejak bertugas di UPL Solor, tidak berdomisili di wilayah Solor. Dalam kesehariannya, koordinator jaringan di UPL Solor itu menetap di Waiwerang, Kecamatan Adonara Timur.

“Pemantauan gangguan jaringan dilakukannya via HP. Beliau baru akan turun ke UPL Solor bila terjadi gangguan pada sisi penyulang atau fider timur dan barat, misalnya terbakar dan gangguan pada trafo,” tutur sumber kuat FLORESTERKINI.com.

Giat Kerja yang tidak Diperhitungkan

Tak hanya para Yantek yang termengap-mengap di lapangan, pada sisi pembangkit di PLTD Menanga pun bersileweran keluhan seputar menjauhnya perhatian pihak manajemen PLN UPL Solor atas kerja keras petugas pembangkit.

Keluhan tersebut lebih berkaitan dengan urusan lembur yang tidak masuk dalam perhitungan upah. Selain siaga selama delapan jam pada setiap jadwal piket, lembur mereka di saat mengatasi gangguan pembangkit tidak dilihat sebagai jam lembur.***

Editor: Ade Riberu

Tags

Terkini

Terpopuler