Network
FLORES TERKINI – Aksi menjajakan tubuh sendiri oleh beberapa gadis remaja untuk dinikmati pria hidung belang semakin marak terjadi belakangan ini di Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Label yang umumnya dilekatkan kepada mereka yakni pelacur atau Wanita Pekerja Seks (WPS) pun bagi mereka bukanlahsebuah masalah besar.
Mereka beranggapan bahwa apa yang mereka lakukan itu adalah hal yang biasa-biasa saja atau wajar.
Bahkan sebuah ungkapan yang sering didendangkan oleh mereka yakni 'Jo engko sake?' (terus masalah buat Anda, red) selalu saja terngiang, tatkala ada orang lain yang mencoba mengajak mereka untuk keluar dari dunia gelap itu.
Salah seorang gadis belia, sebut saja Mawar (16) namanya, kepada wartawan Minggu 24 Juli 2022 mengaku bahwa saat ini dirinya sudah terlanjur basah terjerembab ke dalam dunia prostitusi. Hal itu baginya adalah hal yang biasa-biasa saja.
"Saya si tidak ada beban om. Walau dijuluki pelacur atau apa pun istilahnya, saya biasa-biasa saja. Jo engko sake ka, kalau saya melacur?" ucapnya dengan nada ketus.
Baca Juga: Jadwal Acara TV di Trans7 Hari Ini, Senin 25 Juli 2022: Saksikan For Your Pagi hingga Lapor Pak
Dikatakannya bahwa saat ini yang ada dalam dirinya adalah hanya uang dan bukan lagi tentang kehormatannya.
"Dalam otak saya ini hanya uang," sambung Mawar sambil mengepulkan asap rokok yang dihisapnya.
Mawar pun kembali mengisahkan awal dirinya mulai masuk dalam dunia gelap itu, yang mana dikatakannya bahwa bermula dari ajakan seroang temannya yang berasal dari Kabupaten Lembata.
Mawar mengatakan bahwa memang pada awalnya dirinya merasa takut, namun karena sudah lama bersama mereka yang lain dalam dunia yang sama akhirnya ia pun merasa terbiasa.
"Awalnya sih saya takut, namun sudah kepalang basah berada bersama mereka. Akhirnya saya pun membiasakan diri dan memasrahkan tubuh saya ‘dilahap’ tamu-tamu saya. Dalam benak saya, hanya uang! Terpenting, saya mendapatkan uang,” ujar WPS remaja termuda itu.
Adapun hal lain yang cukup mengejutkan dari pengakuan gadis belia tersebut adalah dirinya menipu kedua orang tuanya bahwa ia bekerja di sebuah warung makan.
Hal itu ia katakan tatkala mengirimkan sejumlah uang untuk orang tuanya demi memenuhi kebutuhan keluarga mereka.
"Ketika mengirim uang ke orangtua, saya terpaksa tipu mereka, kalau uang itu adalah hasil kerja saya di warung makan. Mau bagaimana lagi, hanya itu yang dapat saya lakukan,” tuturnya.
Adapun gadis remaja lainnya yakni Bunga (23) bukan nama sebenarnya, pun tak bisa berbuat banyak tatkala ditawarkan Bunda Ay untuk melayani tamu di hari pertama dirinya tiba di Kota Larantuka.
Baca Juga: Tak Masuk Kerja 10 Hari Berturut-turut, ASN Dapat Dikenakan Sanki Pemberhentian Tidak Dengan Hormat
Bermula dari ajakan seorang temannya asal Lembata, demikianlah Bunga lalu meninggalkan kampungnya di pulau Adonara itu ke Larantuka.
Oleh temannya, dia lalu dikenalkan kepada seseorang yang selalu disapa Bunda Ay yang berdiam di kawasan Sarotari, Larantuka.
"Karena teman saya itu ajak saya untuk cari kerja di Larantuka maka saya pun mau dan berpamitan dengan orangtua saya. Setibanya di Nagi (sebutan khas untuk Kota Larantuka), saya dikenalkan pada seorang ibu yang biasa dipanggil dengan Bunda Ay," ucap Bunga.
Baca Juga: Jadwal Acara TV di tvOne Hari Ini, Senin 25 Juli 2022: Saksikan Rumah Mamah Dedeh dan One Spot
Ia pun melanjutkan kisahnya bahwa pada mulanya ia menyangka kalau ia akan bekerja di warung makan si pemilik rumah tersebut, namun ia jadi kaget ketika ditawarkan untuk melayani hasrat biologis para pria hidung belang.
Ia pun akhirnya pasrah dan terus melanjutkan pekerjaan terlarang tersebut hingga sekarang.
"Nah, melihat situasi pada rumah itu, saya yakin, saya akan dipekerjakan pada warung makan pemilik rumah itu. Ketika malam, saya malah ditawarkan untuk melayani tamu. Kaget saya, tapi mau bagaimana lagi, saya akhirnya mengiyakan dan berlanjut hingga sekarang ini," ungkap Bunga.
Walau uang terkantongi dengan mudah oleh Mawar dan Bunga, namun tidak membuat kedua WPS remaja itu bahagia.
Hampir setiap hari mereka berhadapan dengan sejumlah masalah, yang membuat mereka tidak nyaman.
"Dicari sanak keluarga-lah, konflik dengan pemilik kost, konflik antarsesama WPS bahkan pusing berhadapan dengan kelakuan para tamu,” kata Kamboja, WPS lainnya.
WPS lainnya mengaku kalau kadang muncul pergolakan di dalam batin, semacam penyesalan dan dorongan hati untuk berhenti dari pekerjaan itu.
“Bahkan sudah ada niat untuk berhenti, namun tiba-tiba ada tamu yang mintakan. Belum lagi kita dicap sebagai pelacur, selalu ditolak pemilik kost, dan harus berpindah-pindah. Ya, itulah nasib yang harus kami pikul,” ungkap Widuri sembari memainkan asap rokok membentuk lingkaran.***
