Bendera PDIP Diturunkan Saat Kunjungan Jokowi ke Gunung Kidul, Hasto Kristianto: Kami Ini Peserta Pemilu Resmi

2 Februari 2024, 11:53 WIB
Sekjen PDIP Hasto Kristianto ketika memberikan keterangan kepada wartawan di Kantor DPP PDIP, Jakarta (1/2/2024). /ANTARA

FLORESTERKINI.com – Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristianto angkat bicara perihal aksi penurunan bendera PDIP oleh aparat kepolisian saat Presiden Jokowi melakukan kunjungan ke Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa, 30 Januari 2024 yang lalu.

Menurut Hasto, dirinya merasa sangat kecewa dengan adanya aksi tersebut. Bahkan aksi penurunan bendera PDIP tersebut menunjukkan sikap kesewenang-wenangan dan arogansi aparat penegak hukum dalam memperlakukan masyarakat di luar lingkaran penguasa.

Selain itu, Hasto juga merasa aparat kepolisian berlaku tidak adil terhadap partai politik yang telah membesarkan nama penguasa yang saat ini mereka layani dan sembah. Karena dirinya mengklaim, pada saat yang sama di lokasi yang sama terdapat juga bendera PSI, tetapi tidak diturunkan.

Baca Juga: Mahfud Md Akui Peran Penting Wartawan Selama Menjabat Sebagai Menko Polhukam

"Kami ini peserta Pemilu resmi, dijamin oleh Undang-undang. Tetapi mengapa bendera PDI Perjuangan dilarang untuk dikibarkan, sementara bendera PSI yang dipimpin oleh anak presiden diizinkan?" ujar Hasto saat konferensi pers di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Kamis, 1 Februari 2024.

Hasto menuturkan, berdasarkan keterangan yang diperoleh dari Ketua DPC, arogansi aparat kepolisian di Gunung Kidul tidak berhenti di situ. Bahkan, satu malam sebelum kunjungan Jokowi, sejumlah personel kepolisian dan Brimob dikerahkan mengelilingi Gunung Kidul dengan mobil dan tank.

Dirinya mengaku heran karena otoritarianisme seperti semakin merajalela di negara yang mengaku sebagai penganut demokrasi ini. Hampir di segala penjuru Tanah Air, rakyat semakin dianggap sebagai ancaman bagi kelanggengan kekuasaan. Anehnya, hal itu tidak hanya sekali terjadi melainkan terus-menerus.

Baca Juga: KPU Kabupaten Tangerang Banten Bertekad Menyelesaikan Distribusi Logistik Pemilu 2024 Dalam Sepekan

Dia mencontohkan beberapa peristiwa belakangan yang mengorbankan masyarakat kecil ketika bersinggungan dengan penguasa. Kejadian pertama pada 24 Desember 2023, ketika seorang loyalis pendukung Jokowi tahun 2014 dan 2019 bernama Muhandi Mawanto dikeroyok sampai meninggal dunia.

Selanjutnya, ada seorang pendukung pasangan Capres-Cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD dikeroyok oleh aparat TNI di Bayolali pada 30 Desember 2023.

Terbaru, aksi intimidasi dan penganiayaan kembali dilakukan oleh aparat yang mengaku petugas pengamanan Presiden Jokowi terhadap Ade Hermawan di Gunung Kidul, Yogyakarta, Selasa, 30 Januari 2024.

Baca Juga: Fakta atau Hoaks? Penampilan Gemilang Jordi Amat di Piala Asia 2023 Tuai Pujian dari Cristiano Ronaldo

Ade Hermawan diketahui merupakan pendukung pasangan Ganjar-Mahfud pada saat menyambut kedatangan Jokowi membawa serta spanduk bertuliskan: 'Selamat Datag Bapak Jokowi, Kami Sudah Pintar. Kami Pilih Ganjar!'.

Dari sekian banyak peristiwa kekerasan yang terjadi karena berseberangan dengan pihak penguasa akhir-akhir ini, Hasto menyimpulkan bahwa demokrasi Indonesia sedang dalam keadaan genting.

Oleh karena itu, dirinya berharap agar Presiden Jokowi bisa menunjukkan sikap keteladanan dan secara tegas mengambil sikap terhadap aparat penegak hukum yang bertindak sewenang-wenang.

Baca Juga: Jadi Menkopolhukam Terlama di Era Jokowi, Mahfud MD Resmi Mengundurkan Diri

"Kami mengharapkan, kami mohon, mohon dan mohon agar Presiden Jokowi dapat mewujudkan keteladanan," kata Hasto.

"Setidaknya, apa yang dialami oleh korban-korban tindak kekerasan tadi, Bapak Jokowi berkenan untuk menyampaikan sikapnya agar aparat penegak hukum tidak boleh bersikap seperti itu kepada rakyat," pungkasnya.***

Editor: Ade Riberu

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler