FLORES TERKINI – Philipus Wio, ayah kandung pesepakbola timnas Indonesia Marselino Ferdinan, mengungkapkan tujuan di balik kedatangan keluarganya ke Kampung Boua, Desa Ubedolumolo, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut Philipus, kehadiran keluarganya di kampung halamannya itu sebenarnya untuk memenuhi nazar sang anak. Sebelumnya, Marselino Ferdinan berjanji bakal kembali ke ‘rumah leluhur’-nya di Ngada, jika sukses meraih medali emas di SEA Games 2023 Kamboja.
“Sehingga ketika tiba dari Jakarta, Marselino langsung mengajak seluruh keluarga besar untuk pulang ke Bajawa,” kata Philipus, dikutip dari florespos.net pada Senin, 22 Mei 2023.
Baca Juga: Marselino Ferdinan Pulang Kampung, Rumah Adat Sa’o Mina Zia di Ngada Beri Sambutan Hangat
Philipus berharap, kehadiran Marselino setidaknya dapat memotivasi anak-anak muda baik di Kampung Boua secara khusus maupun Kabupaten Ngada umumnya.
“Semoga bisa muncul atau melahirkan ‘marselino-marselino’ lainnya pada masa datang yang berkibar di sepak bola,” harapnya.
Sementara Alexandro Tangi, kakak kandung Marselino Ferdinand, mengungkapkan bahwa selain memenuhi nazar itu, kepulangan keluarganya ke Bajawa juga sekaligus untuk bertemu keluarga besar sembari memohon berkat leluhur dari ayahnya.
Baca Juga: Marselino Ferdinan Hadir di Sesi Latihan Timnas Indonesia U-19, Bakal Tampil Lawan Myanmar?
“Lino langsung ajak segera ke Bajawa, dan janji itu dikatakannya tidak bisa ditunda. Kami mau meyakinkan, bahwa kami semua tidak lupa silsilah dari ayah kami. Kalau keluarga mama hampir setiap hari bertemu,” ungkap Alexandro.
Nazar Marselino Ferdinan itu pun akhirnya diwujudkan, dengan hadir secara langsung di Kampung Boua pada Minggu, 21 Mei 2023, sekitar pukul 13.00 WITA.
Marselino mudik ke Boua bersama keluarga besarnya, di antaranya Philipus Wio (ayah), Florensia Sudiawiarni (ibu), Alexandro Tangi (kakak) dan Oktafianus Fernando Sapu (kakak) bersama istri dan anak-anak mereka.
Usai tiba di sana, Marselino langsung diarak menuju Rumah Adat Sa’o Mina Zia Kampung Boua, dan disambut hangat dengan ritus adat setempat, diawali dengan pemotongan seekor hewan dan dikenakan pakaian adat Bajawa sebelum diarak masuk ke rumah adat leluhurnya itu.***