Direncanakan, kata Henny, jagung titi akan terus diperkenalkan ke level nasional dengan berbagai varian rasa, sebagaimana saran dan masukkan dari para peserta Bazar Ramadan Kemendes PDTT.
“Kebanyakan dari mereka bilang ini (jagung titi) enak, gurih, cocok untuk makanan sehat pengganti nasi, bahkan dijadikan sereal juga pada pagi itu,” kata Henny yang juga menjabat sebagai Sekretaris Yayasan Stasiun Baca di Jakarta Selatan itu.
Baca Juga: 3 Resep Menu Diet Simpel dan Rendah Kalori yang Gampang Dicoba dan Budget Minimal, Ada Sup Tahu Miso
Sekilas tentang Jagung Titi
Dilansir dari ANTARA, jagung titi merupakan kuliner khas masyarakat di Kabupaten Flores Timur, Lembata, dan Alor Pantar. Bagi kelompok masyarakat di tiga wilayah di NTT ini, jagung titi adalah makanan pokok dan menjadi ciri kehidupan masyarakat setempat, bahkan dijadikan sebagai simbol pangan lokal.
Sejak zaman dulu, masyarakat Lamaholot sudah mengenal jagung, bahkan menjadikan jagung titi sebagai sumber kehidupan. Ketika masyarakat di daerah lain sudah mulai beralih pola makannya dengan meninggalkan pangan lokal, jagung titi tampaknya tetap melekat di hati masyarakat setempat bahkan hingga saat ini.
Dengan rasa yang tidak manis dan tidak pula asin atau hambar tetapi gurih dan renyah, jagung titi lebih pas dikonsumsi saat sedang menikmati kopi pagi atau sore, atau saat sedang duduk santai sambil menonton televisi.
Agar rasanya lebih afdol, orang kemudian mencampuri jagung titi dengan kacang tanah yang sudah digoreng atau merendam makanan itu ke dalam teh dan mengonsumsinya. Khusus bagi masyarakat Alor Pantar, mereka lebih memilih buah kenari sebagai ‘adonan’-nya saat hendak menikmati jagung titi.