Hampir setiap hari mereka berhadapan dengan sejumlah masalah, yang membuat mereka tidak nyaman.
"Dicari sanak keluarga-lah, konflik dengan pemilik kost, konflik antarsesama WPS bahkan pusing berhadapan dengan kelakuan para tamu,” kata Kamboja, WPS lainnya.
WPS lainnya mengaku kalau kadang muncul pergolakan di dalam batin, semacam penyesalan dan dorongan hati untuk berhenti dari pekerjaan itu.
“Bahkan sudah ada niat untuk berhenti, namun tiba-tiba ada tamu yang mintakan. Belum lagi kita dicap sebagai pelacur, selalu ditolak pemilik kost, dan harus berpindah-pindah. Ya, itulah nasib yang harus kami pikul,” ungkap Widuri sembari memainkan asap rokok membentuk lingkaran.***