Ketika perempuan Samaria datang menimba air, Yesus berkata: "Berilah Aku minum!".
Dalam diri Yesus Tuhan telah menjadi begitu miskin, sehingga untuk seteguk air dingin Dia bergantung pada kebaikan seorang perempuan Samaria: "Berilah Aku minum!".
Kedua, perempuan Samaria. Dia sudah kawin dan cerai dengan lima orang suami, dan kini hidup dengan laki-laki keenam tanpa ikatan perkawinan. Perempua itu sudah mengembara dari pelukan laki-laki yang satu kepada yang lain, tapi hatinya tetap kosong.
Kini, di tepi sumur Yakub dengan intuisi kewanitaan, dia tahu bahwa pengembara miskin dari Galilea ini adalah seorang nabi, bahkan lebih dari nabi, yang akan sanggup memberikan apa yang dirindukan selama ini: "Tuhan, berilah aku air itu supaya aku tidak haus lagi".
Dialog di tepi sumur itu merupakan saat rahmat di mana Yesus mewahyukan tiga hal penting kepada perempuan Samaria.
Baca Juga: Makin Mencurigakan, Diduga Adanya Temuan Transaksi Misterius Sebesar 300 Triliun di Kemenkeu
Pertama, wahyu tentang Air Hidup: "Barangsiapa minum air ini akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya".
Kemudian dalam Injil Yohanes 7:38-39, kita akan tahu bahwa "Air Hidup itu adalah Roh Kudus" yang dicurahkan Tuhan ke dalam hati umat beriman.
Kedua, tempat ibadah sejati bukanlah di Yerusalem atau pun di Gunung Garizim, melainkan "di mana saja orang mengabdi Tuhan dalam roh dan kebenaran".