Inggris dan Israel Lakukan Perjanjian untuk Menghentikan Iran dari Perolehan Senjata Nuklir

- 29 November 2021, 16:21 WIB
Ilustrasi nuklir.* Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan pada hari sebelumnya bahwa negaranya sangat khawatir bahwa kekuatan dunia akan menghapus sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan yang tidak mencukupi pada program nuklirnya, ketika para perunding bertemu di Wina pada hari Senin dalam upaya terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir.
Ilustrasi nuklir.* Perdana Menteri Israel Naftali Bennett mengatakan pada hari sebelumnya bahwa negaranya sangat khawatir bahwa kekuatan dunia akan menghapus sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan yang tidak mencukupi pada program nuklirnya, ketika para perunding bertemu di Wina pada hari Senin dalam upaya terakhir untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir. /pixabay

Lapid kemudian dijadwalkan untuk menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, di mana kedua pejabat akan memberikan pidato.

Menteri luar negeri dijadwalkan melakukan perjalanan ke Prancis pada Senin malam, sebelum pertemuan dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa sore.

Baca Juga: Kolombia Terima Permintaan Ekstradisi AS untuk Tersangka Gembong Narkoba Dairo Antonio Usuga

Harapan Tipis

Dengan Teheran tetap pada pendiriannya yang keras dan kekuatan Barat semakin frustrasi, harapan akan terobosan untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir 2015 mereka tampak tipis.

Para diplomat mengatakan waktu hampir habis untuk menghidupkan kembali pakta itu, yang ditinggalkan oleh Presiden AS Donald Trump pada 2018, membuat marah Iran dan mencemaskan kekuatan lain yang terlibat Inggris, China, Prancis, Jerman, dan Rusia.

Baca Juga: Ledakan Besar Mengguncang Ibu Kota Somalia, Al-Shabaab Kini Menargetkan Para Pejabat Barat

Enam putaran pembicaraan tidak langsung diadakan antara April dan Juni. Babak baru dimulai setelah jeda yang dipicu oleh pemilihan presiden baru Iran, Ebrahim Raisi, seorang pemimpin Muslim garis keras.

Tim perunding baru Teheran telah menetapkan tuntutan yang dianggap tidak realistis oleh diplomat AS dan Eropa.

Tuntutan tersebut termasuk menjatuhkan semua sanksi AS dan Uni Eropa yang diberlakukan sejak 2017, termasuk yang tidak terkait dengan program nuklir Iran.***

Halaman:

Editor: Eto Kwuta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x