Membatasi konsumsi makanan manis tidak hanya perlu dilakukan oleh ibu hamil saja. Namun anak-anak, remaja, dan dewasa usia produktif seharusnya waspada terhadap kebiasaan ini.
Terlebih lagi beberapa tahun terakhir, berbagai makanan minuman dengan tambahan topping gula, sirup ataupun kental manis yang melimpah menjadi viral di kalangan masyarakat.
Baca Juga: Jadwal Acara GTV Hari Ini Senin 16 Januari 2023: Saksikan Jomblo2 Bahagia dan She Was Pretty
Seolah tak pandang usia, anak-anak, remaja hingga dewasa sangat menggemarinya. Di kalangan sejumlah pemerhati publik, fenomena ini dinilai mengkhawatirkan.
Pasalnya, edukasi mengenai kandungan zat dalam makanan dan pengaruhnya terhadap tubuh juga masih minim di masyarakat.
Selain itu, pemerintah pun terlihat abai dengan persoalan ini. Terkait susu kental manis, misalnya. Pemerintah memang telah menerbitkan aturan mengenai label dan penggunaannya. Namun sosialisasi ketentuan tersebut terlihat minim. Maka tak heran, hingga saat ini masih ditemukan konsumsi kental manis pada balita.
Pengamat Kebijakan Publik, Sofie Wasiat, mengatakan bahwa kurangnya edukasi dan sosialisasi mengakibatkan masih banyak masyarakat Indonesia yang salah persepsi terhadap makanan kental manis.
“Selama puluhan tahun kental manis dipahami memiliki kadar gizi yang tinggi bagi pertumbuhan anak sehingga disetarakan dengan susu sapi pada umumnya,” ujar Sofie.
Pada kenyataannya, konsumsi kental manis saja tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada anak, atau bahkan untuk dapat menggantikan ASI.