FLORES TERKINI - Senin 22 November 2021, Imam Baru Pater Gervasius Patiola Kenoba, CSsR datang ke kampung halamannya.
Kali ini, Pater Gervas Kenoba, putra asli Nurabelen, Kecamatan Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, datang sebagai imam.
Sosok sederhana ini dijemput dengan perarakan dari Desa Nobo menuju kampungnya, Nurabelen.
Ketika Pater Gervas dan rombongan tiba di Nurabelen, mereka disambut dengan tarian Wede dan Ue dari Bawalatang-Duang, Desa Nawokote.
Tarian Wede adalah tarian perang yang biasanya dibawakan oleh orang-orang yang berdomisili di bawah kaki Gunung Lewotobi.
Banyak masyarakat yang hadir mengaku merinding, lantaran tarian ini dibawakan dalam situasi sakral di tengah terik panas mentari.
Baca Juga: Jadwal Acara dan Live Streaming SCTV 22 November 2021: Saksikan Buku Harian Seorang Istri Hari Ini
Pater Gervas ikut mengakui hal yang sama, bahwa dia sendiri merinding dan baru menyaksikan secara langsung tarian yang dibawakan di hari bahagianya itu.
"Saya merinding sekaligus bahagia karena keluarga besar semuanya membawa berkat dengan caranya masing-masing," kata Pater Gervas.
Imam baru ini tidak menyangka bahwa dia akan dijemput dengan tarian Wede dan Ue yang membuat semua orang cukup merasa cemas.
Ketika rombongan Pater Gervas sudah berada di depan gapura untuk persiapan pemotongan pita, masih ditambahkan tarian Ue.
Pada momen tarian Ue ini, para penari yang terdiri dari para dukun kampung melakukan aksi yang mengejutkan semua yang hadir.
Ketika tiba pada giliran dua orang pebari terakhir, tokoh adat bernama Bapak Jago Belolon menusuk pasangan penarinya dengan parang.
Baca Juga: Jadwal Acara dan Live Streaming Trans 7 Senin 22 November 2021: Saksikan Yowis Ben dan Lapor Pak
Penari yang bernama Boskon Puka langsung pingsan dilumuri darah di siang bolong hingga banyak yang takjub.
Semua yang menyaksikan cukup merasa cemas dan penuh dengan rasa takut di tengah padatnya warga yang hadir menyaksikan.
Ketika Bapak Jago ditemui usai akhir tarian, beliau mengatakan bahwa mereka hanya menampilkan satu saja aksi yang masih normal.
"Dalam adat, ini adalah hal yang biasa dan kami malah ingin melakukan lebih lama lagi," katanya.
Jago menambahkan, dia menikam Boskon secara sungguh-sungguh dan itulah inti dari tarian Wede.
Disaksikan awak media, banyak masyarakat spontan berteriak: apakah itu baik atau tidak. Tentu, mereka penuh dengan ketakutan.
Setelah selesai tarian Ue, Pater Gervas memotong buah kelapa muda dengan tali yang diikat di depan gapura.
Sungguh luar biasa, kelapa tersebut dibelah bagi dua, dan itu menunjukkan bahwa hati Pater Gervas sejuk dan penuh rasa bahagia.***