Ketua Prima Sikka: Afiliasi Budiman Sudjatmiko-Prabowo Subianto adalah Panggilan Sejarah

30 Desember 2023, 20:42 WIB
Ketua DPK Prima Kabupaten Sikka, Laurensius Wolo Sina Ritan. /Dok. Pribadi

FLORESTERKINI.com – Kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) Presiden dan Wakil Presiden 2024 takkan lama lagi. Semua politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) satu persatu meninggalkan partai berlambang kepala banteng tersebut.

Salah satunya adalah Budiman Sudjatmiko. Aktivis 1998 itu adalah orang pertama yang hengkang dari PDIP dan balik mendukung Prabowo Subianto.

Laurensius Wolo Sina Ritan atau yang akrab disapa Bung Lorens Selaku Ketua Dewan Pimpinan Kota (DPK) Partai Rakyat Adil Makmur (Prima) Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), mengungkapkan bahwa tahun 1998 adalah panggilan sejarah.

Baca Juga: Diterpa Angin Kencang, Pohon Asam Berukuran Besar di Sikka Tumbang hingga Menutupi Jalan

Menurutnya, pada masa itu gerakkan harus diarahkan untuk melawan kediktatoran rezim Orde Baru karena telah keluar dari cita-cita Negara Republik Indonesia yang telah diletakkan oleh para pendiri bangsa.

Untuk itu, kata Bung Lorens, perjuangan itu telah dimenangkan oleh parah aktivis 1998, karena pejuangan itu pecah pada momentum yang tepat.

"Bahwa kemudian ada yang meninggal pada masa itu adalah hal yang wajar, sebab risiko dari perjuangan seorang aktivis adalah penjara, atau meninggal, atau jadi pemenang," ujar Bung lorens.

Baca Juga: Banyak Kursi Anggota DPRD Sikka Kosong Saat Rapat Paripurna Penetapan Keputusan APBD 2024, Mogok Kerja?

Ia menambahkan, jika menang, dalam negara demokrasi maka yang kalah harus menyesuaikan diri dengan sitem yang baru. Baginya, Prabowo telah melakukan hal itu, yakni dengan membangun partai dan ikut bertarung dalam pertarungan politik dalam gaya yang baru.

Setelah 25 tahun, dunia mengalami tantangan baru, situasi politik global telah berubah, dunia menghendaki tidak lagi unipolar (Amerika), tapi multipolar, yaitu ada kebangkitan baru negara-negara di dunia untuk menandingi Amerika. Ada kebangkitan Eropa (Uni Eropa), ada Rusia, Cina, India, dan persatuan negara-negara Amerika Latin.

"Sehingga, Indonesia dalam pertarungan politik global ini, apa hanya sebagai negara yang biasa-biasa saja dan tidak diperhitungkan dalam percaturan politik dunia? Atau bisa keluar sebagai negara kuat yang diperhitungkan di tengah percaturan politik dunia karena keberhasilan-keberhasilan besar yang dihasilkannya?" lanjut Bung Lorens.

Baca Juga: Belum Ada Penetapan hingga Kini, Seleksi Anggota KPU Zona 1 NTT Dinilai Cacat Hukum Karena Hal Ini

Ia mengatakan, saat ini pangilan sejarah itu lahir. Kita terpanggil untuk menciptakan sejarah itu atau tidak? Tahun 1998 adalah cerita sejarah kemarin. Persatuan nasional hari ini adalah pangilan cerita sejarah hari esok.

Kemudian lanjutnya, tahun 1998 adalah perjuangan Indonesia keluar dari kediktatoran demi lahirnya negara demokrasi. Persatuan hari ini untuk melahirkan Indonesia sebagai negara yang diperhitungkan dalam percaturan politik dunia di tenggah pertarungan global.

Lorens mengaku, Bung Karno pada masanya menyerukan persatuan di tengah pertarungan global antara dua blok, timur dan barat. Soekarno menyerukan nonblok, tampil menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika.

Baca Juga: Bertemu Sejumlah Tokoh di Kupang, Gibran: Semuanya Mengharapkan Adanya Pemerataan Pembangunan

"Bahwa ada kawan yang diculik dan dibunuh pada masa 1998 itu kita letakkan penghormatan setinggi-tingginya pada mereka, atas militansi dan kesatriaan mereka dalam berjuang. Mereka adalah pahlawan," bebernya.

“Pada saat mereka berjuang di tahun 1998, cita-cita mereka adalah menjadikan Indonesia negara yang kuat di masa depan, bukan sekedar menjatukan Soeharto. Maka, panggilan sejarah hari ini adalah ciptakan Indonesia menjadi negara yang kuat,” pungkasnya.***

Editor: Ade Riberu

Tags

Terkini

Terpopuler