Sekolah Jam 5 Pagi di NTT Memunculkan Problem Emosi, Pakar UGM Nilai akan Berdampak Buruk

4 Maret 2023, 20:14 WIB
Para siswa di NTT menjalankan kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi. /ANTARA/Kornelis Kaha

FLORES TERKINI – Kebijakan yang diterapkan oleh Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) mengenai masuk sekolah jam 5 pagi masih menuai kontroversi.

Namun, Gubernur NTT Viktor Laiskodat tetap pada prinsipnya untuk menerapkan jam sekolah dimulai dari pukul 05.00 WITA yang mana kini telah bergeser menjadi 05.30 WITA.

Saat ini, baru dua sekolah di NTT yang menerapkan sekolah jam 5 pagi, yakni SMA Negeri 1 Kupang dan SMA Negeri 6 Kupang.

Baca Juga: Jadwal Acara GTV Hari Ini Minggu 5 Maret 2023: Saksikan Deg Deg-An dan The Legend Of Zu

Novi Poespita Candra, Pakar Perkembangan Anak, Remaja, dan Pendidikan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), menilai kebijakan jam masuk sekolah pukul 05.30 Wita di NTT bakal berdampak buruk bagi siswa.

"Masuk lebih pagi, terburu-buru, dikhawatirkan anak-anak jadi tidak sempat sarapan atau sarapan namun kurang berkualitas sehingga memengaruhi konsentrasi belajar di sekolah," ujarnya dilansir dari ANTARA, Sabtu 4 Maret 2023.

Kebijakan sekolah masuk lebih pagi, kata dia, juga bisa berdampak negatif pada fisik, emosi, maupun kognisi siswa.

Baca Juga: Turun Sidak Pembangunan Puskesmas Ritaebang, ADPRD Flotim Beri Rekomendasi Ini

Dari sisi fisik, masuk sekolah lebih pagi akan memengaruhi kualitas tidur sehingga berpengaruh pada kondisi fisik anak.

Selain itu, kata dia, penambahan jam sekolah akan mengakibatkan kelelahan kronis pada anak yang bisa menurunkan imunitas tubuh sehingga lebih rentan terserang penyakit dan mengurangi fokus belajar anak.

Novi juga mengatakan, kebijakan masuk sekolah pagi juga akan berpengaruh pada emosi anak karena harus bangun lebih pagi yang tentunya bukan menjadi hal yang mudah.

Baca Juga: Jadwal Acara ANTV Hari Ini Minggu 5 Maret 2023: Saksikan Mantap Live Sidoarjo dan Fanaa

Demikian halnya dengan orang tua, yang bisa tersulut emosinya ketika menjumpai anak-anak belum siap.

"Akan banyak berpotensi memunculkan problem emosi, yang seharusnya berangkat dengan emosi positif penuh harapan dan motivasi. Namun, justru diawali dengan emosi negatif," ujarnya.

"Belum lagi kalau terlambat anak akan menerima hukuman, di sini anak-anak juga bisa timbul emosi dan begitu juga gurunya emosi karena capek," tambah Novi.

Baca Juga: Ikatan Cinta Hari Ini 4 Maret 2023: Pengecut! Aldebaran Mendadak Hilang, Konflik Panas dengan Nino Batal

Menurutnya, ada lingkaran persoalan emosi negatif yang dimunculkan dalam kondisi itu. Apabila hal tersebut berlangsung dalam jangka panjang dikhawatirkan dapat menurunkan motivasi belajar siswa dan mengajar guru.

Kebijakan tersebut, menurut dia, juga memengaruhi aspek kognitif pada anak karena otak manusia akan berfungsi secara optimal jika kondisi seluruh tubuh berada dalam keadaan fit dan bahagia.

Jika hal itu tidak terjadi maka otak tidak dapat berfungsi secara optimal sehingga berkontribusi pada penurunan kualitas numerasi, literasi, serta pengambilan keputusan.

Baca Juga: Tenaga Honorer 2023 Tak Akan PHK Massal, Azwar Anas: Distribusi ASN Masih Jawa Sentris

Karena masuk sekolah lebih pagi, menurut Novi, anak-anak juga bakal kehilangan waktu untuk bersosialisasi dengan keluarga. Demikian pula dari sisi keamanan, kebijakan ini masih kurang tepat.

"Kalau masuk lebih pagi kan masih gelap. Ini perlu dipikirkan keamanannya, terutama daerah-daerah pinggiran yang jalanannya masih sepi kan bahaya," katanya.***

Editor: Max Werang

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler