Waspadai Omicron dan Gejala Ringannya, Ini Kata Guru Besar Fakultas Kedokteran UI

- 13 Februari 2022, 15:03 WIB
Ilustrasi Omicorn.
Ilustrasi Omicorn. /Alexandra_Koch/Pixabay/Alexandra_Koch

"Kurang lebih sama seperti seluruh kasus tahun 2020," kata Tjandra.

Ia mengatakan, kasus reinfeksi juga lebih sering terjadi pada varian ini dari bukti-bukti bahwa Omicron bisa menembus imunitas yang ada pada orang yang pernah sakit.

Baca Juga: Kekhawatiran Inflasi Ancam Saham Amerika Serikat, Harga Minyak Melonjak Lebih Tinggi di Tengah Krisis

Dia mengingatkan lagi masyarakat yang sudah mendapatkan vaksinasi penuh untuk kembali menerima suntikan dosis penguat alias booster agar efikasi vaksin yang sudah turun menjadi naik.

Sebelumnya, perbincangan seputar varian omicron di Indonesia diramaikan oleh pencegahan masuknya Omicron dari luar negeri, tapi kini pembicaraan bergeser ke transmisi lokal.

Di berbagai negara, kasus Omicron sudah mulai turun setelah melewati waktu sekitar 1-2 bulan dari awal jumlah kasus mulai naik. Namun ada juga negara-negara yang jumlah kasus Omicron masih terus bertambah.

Baca Juga: EPL Pekan ke-25, Burnley vs Liverpool: Jurgen Klopp Waspadai Performa Pemain yang Satu Ini

"Kita berharap kalau naik tidak terlalu tinggi kasusnya dan bisa segera turun," ujar dia.

Dilihat dari kasus Omicron di RSUP Persahabatan, gejala yang banyak terlihat adalah batuk kering (63 persen), nyeri tenggorokan (54 persen), pilek (27 persen), sakit kepala (36 persen), letih dan nyeri otot (60 persen), nyeri perut (5 persen) dan demam (18 persen).

"Dulu orang-orang ke RS dalam keadaan menggigil, sekarang keluhannya lebih ke saluran napas atas," katanya dan menambahkan bahwa dulu gejala yang lebih dominan adalah demam.

Halaman:

Editor: Ade Riberu

Sumber: ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x