FLORES TERKINI – Berikut ini adalah Renungan Harian Katolik yang dibagikan untuk hari Minggu 3 Juli 2022.
Besok Minggu 3 Juli 2022 merupakan hari pertama kita memasuki masa Pekan Biasa XIV dalam Kalender Liturgi Katolik.
Sekedar informasi, pada hari ini, seluruh Gereja Katolik di dunia akan merayakan pesta Santo Thomas Rasul, Santo Helidorus Uskup, dan Santo Horst atau Horestes Martir.
Baca Juga: MIMBAR RENUNGAN KATOLIK Minggu 3 Juli 2022: Menjadi Ciptaan Baru dan Murid yang Diutus
Untuk menemani hari bahagia ini, Gereja telah menyiapkan bacaan-bacaan kitab suci untuk kita semua yakni Bacaan Pertama Yes. 66:10-14a; Bacaan Kedua Gal. 6:14-18; dan Injil Lukas 10:1-12.17-20.
Intisari dari Renungan Harian Katolik yang dibagikan kali ini adalah "Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala.." (Ite, et ecce ego mitto vos sicut agnos inter lupos), yang merupakan petikan dari Injil Lukas 10:3.
Selengkapnya, para sahabat dan pengikut Kristus bisa langsung menyimak Renungan Harian Katolik Minggu 3 Juli 2022 yang dikutip Flores Terkini dari Ciudad Redonda berikut ini.
Baca Juga: SEDANG BERLANGSUNG! Link Live Streaming Piala AFF U19 Antara Indonesia vs Vietnam
Selama berabad-abad, tugas penginjilan, misionaris, dan tanggung jawab dalam komunitas-komunitas Katolik hampir seluruhnya berada di tangan biarawan biarawati, Guru Agama, dan para katekis.
Vatikan II, Paus Paulus VI dan lainnya ingin memulihkan dimensi esensial Gereja ini. Setiap orang yang dibaptis memiliki amanat, tugas, misi dari Yesus Kristus. Dan misi tersebut adalah mewartakan ajarannya.
Oleh karena itu, panggilan pertama hari ini adalah untuk mempertimbangkan implikasi, komitmen, tanggung jawab kita semua yang membentuk setiap komunitas Katolik dalam pewartaan Injil.
Baca Juga: Ketika Cinta Econ dan Acin Meronta di Dermaga Labuan Bajo: Begini Akhir Kisah Mereka!
Tetapi undangan dan pengutusan Yesus terutama mempengaruhi Gereja Universal dan setiap komunitas Katolik kecil seperti paroki, atau komunitas Katolik mana pun.
Mereka harus mempersembahkan kepada umat beriman “makanan” iman dan pergi mencari umat yang jauh dan asing, demi melaksanakan misi.
Lalu bagaimana masing-masing kita dapat menanggapi panggilan ini? Perutusan misionaris ini tidak dipahami sebagai undangan untuk mulai berbicara tentang Yesus Kristus di mana saja.
Baca Juga: Gunung Ile Lewotolok Kembali Meletus, Pos Pantau: Ketinggian Abu Mencapai 1,3 Kilometer
Juga tidak berkeliling rumah-rumah "dipersenjatai" dengan Alkitab dan salib, untuk melihat apakah kita dapat meyakinkan seseorang dengan pidato dan argumen kita.
Juga tidak mempublikasikan brosur propaganda yang kreatif, atau membuka blog, atau mendistribusikan gambar atau katekismus atau buku, atau menggunakan teknologi baru untuk membuat diri kita dikenal, mengatur kampanye, dll.
Misi yang pertama kali dipercayakan Yesus kepada 72 utusan-Nya adalah bahwa mereka "membersihkan" jalan, bahwa mereka mempersiapkan diri sehingga Dia dapat tiba kapan saja.
Berikut beberapa poin penting yang menjadi dasar Yesus ketika Dia mengutus para muridnya.
Pertama, menjadi pembawa damai,
Damai Yesus ada Damai Allah. Murid-murid tahu betapa banyak kedamaian yang kurang dalam koeksistensi manusia.
Baca Juga: Cuaca di NTT Masih Ekstrim, Gelombang Laut Hingga 5 Meter Sangat Berisiko Buat Kapal Ferry
Betapa banyak kedamaian yang kurang dalam banyak hati, betapa banyak agresivitas yang ada dalam bahasa dan sikap kita.
Untuk itu para murid diharapkan untuk bisa merekonsiliasi, membangun jembatan dalam kesenjangan tersebut, dan membangun kedamaian.
Kedua, menyembuhkan orang sakit
Baca Juga: Jadwal Acara TransTV Hari Ini, Sabtu 2 Juli 2022: Nonton EXO's Travel The World On dan Big Brother
Ada begitu banyak luka dan penyakit jasmani dan rohani yang membutuhkan perhatian, pendampingan, dan penyembuhan!
Kita tidak perlu memiliki kekuatan untuk melakukan mukjizat, tetapi mujizat menjadi tanda bahwa Tuhan yang kita saksikan adalah Tuhan kesehatan, kesejahteraan, peduli penderitaan orang.
Ketiga berbagi meja
Makan dan minum apa yang mereka miliki, sama saja dengan berbagi kehidupan sehari-hari, berkolaborasi sehingga kedekatan, dialog, gotong royong, dan komuni interpersonal.
Kita harus menyadari bahwa ketika kita berbagi meja makan dan minuman, semua kita berada pada level yang sama.
Adalah penting bahwa hal pertama yang harus dilakukan para utusan adalah berdoa kepada tuaian, yaitu Yesus Kristus.
Baca Juga: Menpan RB Tjahjo Kumolo Meninggal Dunia: Ternyata Ini Penyakit yang Dideritanya
Ketika perutusan itu terjadi, Yesus mengutus mereka pergi berdua-dua. Hukum saat itu mengatakan bahwa agar kesaksian menjadi sah, setidaknya diperlukan dua orang.
Artinya, mereka dikirim sebagai saksi. Tetapi juga bahwa pesan yang mereka bawa adalah pesan komunitas, persekutuan, dan kerasulan.
Paus Benediktus berkata, “Dalam evangelisasi tidak ada solois. Ketika tidak ada komunitas Katolik yang mengutus, menemani dan menyambut, evangelisasi itu akan mandul.
Verbo Dei Amorem Spiranti, Tuhan memberkati, Amin.***