Secuil Kisah Masa Kecil Pater Goris Kaha SVD, Ternyata Tak Pernah Luput dari Bullyan Teman Seangkatan

- 20 September 2023, 07:30 WIB
RP. Gregorius Genane Kaha, SVD atau Pater Goris Kaha.
RP. Gregorius Genane Kaha, SVD atau Pater Goris Kaha. /Dok. SVD Provinsi Jawa

FLORES TERKINI – Masalah bully kerap terjadi di dalam pergaulan sehari-hari, dan umumnya lebih rentan dialami ketika seseorang sedang menuntut ilmu di bangku sekolah. Dampak dari bully memang berat, dalam beberapa kasus, seseorang yang di-bully akan menjadi malas berangkat ke sekolah, trauma, dan merasa seperti diasingkan dari pergaulan antarsesama teman sekolah.

Namun TIDAK bagi RP. Gregorius Genane Kaha, SVD atau akrab disapa Pater Goris Kaha. Pengalaman masa kecilnya yang tak luput dari bully-an justru mengantarnya menjadi sosok yang luar biasa di masa depan. Kini, ia menjadi pelayan Tuhan bahkan telah 25 tahun membaktikan hidupnya sebagai imam Katolik dan misionaris dalam Serikat Sabda Allah atau Societas Verbi Divini (SVD).

Tidak hanya itu, imam Katolik yang lahir pada 9 April 1970 di Ritaebang, Kecamatan Solor Barat, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), itu bahkan telah dua kali didapuk menjadi Provinsial SVD Provinsi Jawa, yakni periode 2020-2023 dan 2023-2026. Bagaimana kisahnya?

Baca Juga: Jelang Perayaan 25 Tahun Imamat, Pater Goris Kaha Ternyata Pernah Lewati Masa-masa Sulit, Begini Kisahnya!

Secuil Kisah Masa Kecil Pater Goris Kaha SVD

Kisah masa kecil Pater Goris Kaha, SVD yang tak luput dari bully dituturkan dengan sangat apik oleh beberapa teman seangkatannya semasa masih duduk di bangku sekolah dasar (SD).

Wilem Muda, seorang teman seangkatan Pater Goris Kaha, menuturkan bahwa imam yang ditahbiskan pada 5 September 1998 itu semasa SD terlihat sangat alim alias sopan dan pendiam. Dengan karakter serupa ini, sang murid baru pindahan dari Lewolaga (Kelas 3) itu sering menjadi ‘objek penderita’ akibat usilan teman-temannya.

Baca Juga: Renungan Katolik Minggu Biasa XXIV 17 September 2023: Belas Kasih dan Pengampunan

“Kami sering baku olok (saling mengejek), bahkan baku ajak berkelahi antardusun, Ritaebang melawan Auglarang. Karena postur tubuhnya kecil, teman-teman yang nakal seperti Hen Hayon (almarhum ), Tias Hayon, dan Irwan Hayon, sering tolak dan tarik dia sampai jatuh. Istilahnya bogo toyoke (dalam bahasa setempat),” tutur Willem sembari mengenang kebersamaan mereka di bangku SD.

Halaman:

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x