FLORES TERKINI – Para pengunjuk rasa anti-kudeta Myanmar pada hari Minggu membuat peringatan penindasan berdarah terhadap pemberontakan pro demokrasi 1988.
Penindasan tersebut yang mana menyandera negara miskin itu selama hampir 6 dekade di bawah pemerintahan militer yang brutal.
Pemberontakan, yang dimulai sebagai gerakan mahasiswa, dipadamkan dengan kekerasan dengan militer menembak secara terbuka terhadap para pengunjuk rasa dan memenjarakan ribuan orang.
Pemberontakan tersebut dikenal sebagai Pemberontakan 8888 mengacu pada tanggalnya, 8 Agustus 1988. Penentang militer mengatakan sekitar 3.000 orang tewas selama tindakan keras itu.
Pemberontakan, 33 tahun yang lalu, telah menonjolkan Aung San Suu Kyi, yang digulingkan oleh junta militer saat ini bersama dengan pemerintah terpilihnya pada 1 Februari.
Kudeta tersebut telah memicu protes nasional dan gerakan pembangkangan sipil, dengan tindakan keras brutal oleh pasukan keamanan pada demonstran dan pembangkang.
Baca Juga: Program Pangan Dunia PBB Serukan Bantuan untuk Atasi Kelaparan yang Melanda Masyarakat Myanmar
Krisis telah mengguncang negara dengan konsekuensi bencana pada 54 juta negara, yang dilanda krisis pangan akut, kekurangan komoditas dan layanan penting, dan pengungsian.
Sementara itu, lonjakan kasus Covid-19 saat ini mendatangkan malapetaka bagi masyarakat dengan layanan kesehatan oleh militer praktis tidak ada.
Kementerian Kesehatan, yang berada di bawah kendali pemerintah, mengatakan pada hari Senin 9 Agustus 2021, jumlah kematian kini telah meningkat menjadi 12.014, sementara infeksi melonjak menjadi 333.127. Para ahli mengatakan angka resmi adalah undercount.
Baca Juga: Konflik Terus Meletus di Ethiopia, Pasukan Tigrayan Menguasai Situs Warisan UNESCO
Pemberontakan 1988 Dikenang
Untuk menghindari penangkapan, pengunjuk rasa mengadakan flash mob dan pawai pada hari Minggu di berbagai bagian negara itu, termasuk di dua kota terbesar Yangon dan Mandalay.
Menyusul seruan kampanye online, pengunjuk rasa berpakaian merah memberikan hormat delapan jari dan membawa spanduk bertuliskan: "Mari kita kembalikan hutang darah lama 1988 pada 2021".
Sebagaimana dikutip Vatican News dari Reuters, setidaknya 6 protes terpisah yang didokumentasikan di Facebook.
“Utang lama dari 88, kita harus mendapatkan semuanya dalam 21 ini," teriak pengunjuk rasa di kotapraja Wundwin di wilayah Mandalay, direkam di video Facebook.
Anti-protes lainnya di kotapraja Myaing menampilkan plakat bertuliskan: "Mari berjuang bersama menuju 8.8.88 yang belum selesai. pembebasan rakyat."***