10 Hari Pasca Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Warga Pengungsi Mulai Gelisah, Ada Apa?

- 11 Januari 2024, 19:36 WIB
Situasi di kamp pengungsian SMPN 1 Wulanggitang, Kamis (11/01/2024).
Situasi di kamp pengungsian SMPN 1 Wulanggitang, Kamis (11/01/2024). /Marsel Feka/FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com - Sepuluh hari berlalu pasca erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kecamatan Wulanggitang, Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), tidak sedikit warga pengungsi mulai gelisah memikirkan kondisi rumah, hewan peliharaan, dan tentunya kebun garapan mereka. Apalagi musim tanam baru saja dimulai, dan benih-benih yang belum lama ditabur kini terancam tidak bisa tumbuh secara normal karena berpotensi dirusakkan debu vulkanik, belerang, dan lahar panas.

Bartholomeus Roma (58), warga Dusun Padang Pasir, Desa Hokeng Jaya, yang saat ini tengah mengungsi di SMPN 1 Wulanggitang, mengisahkan bahwa saat erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki pada tanggal 31 Desember 2023 sekira pukul 23.59 WITA, ia bersama keluarganya tidak mendengar letusan dan gemuruh, lantaran pendengaran mereka cukup terhalang oleh bunyi petasan pada malam tutup tahun 2023 itu.

Di keesokan harinya, lanjut Bartho, semua warga di desanya diberitahukan oleh pihak pemerintah desa lewat para kepala dusun untuk segera meninggalkan kampung tersebut dan mengungsi secara terpusat di SMPN 1 Wulanggitang, Desa Boru.

Baca Juga: UPDATE Data Sebaran Warga Pengungsi Akibat Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Wilayah Flores Timur

Setelah 10 hari berada di lokasi pengungsian, dirinya sudah mulai panik memikirkan kondisi rumah, ternak miliknya, dan kebun yang telah ditanami beberapa benih. Ia mengaku, sesekali dirinya mencuri waktu pada siang hari untuk kembali melihat kondisi rumah, namun tak sampai ke kebun miliknya, sebab jaraknya terlampau dekat dengan kaki gunung api tersebut.

"Saya beberapa hari terakhir ini curi-curi waktu untuk kembali lihat kondisi rumah dan hewan peliharaan, tapi kebun kami pasrah, karena situasi gunung lagi tidak kondusif," ungkapnya kepada FLORESTERKINI.com, Kamis, 11 Januari 2024.

Senada, Fransiskus Lobis Tolok (56), warga Desa Hokeng Jaya yang juga merupakan pengungsi di SMPN 1 Wulanggitang, mengungkapkan kegelisahannya setelah selama kurang lebih 10 hari berada di kamp pengungsian.

Baca Juga: Pasca Berstatus AWAS, Gunung Lewotobi Laki-laki Aktif Semburkan Material Bernyala, Mengalir pada Sisi Timur

Ia mengatakan, untuk melihat kondisi rumahnya, dirinya hanya bisa mencuri waktu di siang hari, namun terhadap kondisi kebun, ia sudah tidak banyak berharap lantaran abu vulkanik semakin banyak menyebar hingga merusak tanaman yang ada.

Halaman:

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x