Cuaca pada saat itu di areal Ritaebang sungguh sangat tidak bersahabat. Hembusan angin dan gulungan ombak saling bersahutan, sehingga kapal pelayaran pun tak bisa beroperasi sebagaimana biasanya.
Sementara itu, di armada Pelabuhan Balaweling I dan Pamakayo, kapal motor yang beroperasi ke Larantuka sudah pada berangkat dari pukul 07.00 WITA hingga 08.00 WITA.
Baca Juga: Harga Barang Naik Jelang Idul Fitri, Masyarakat Diingatkan Belanjakan Uang Secara Bijak
Ruang koordinasi pun sesegera mungkin diambil. Komunikasi dari pihak nakes Puskesmas Ritaebang terarah ke KM Basa Raya yang beroperasi di Podor Kecamatan Solor Timur.
Beruntung, pihak pemilik dan kru kapal serta seluruh penumpang bersedia menunggu kedatangan pasien rujukan dan rombongan dari Puskesmas Ritaebang.
Terbentang jarak yang sangat jauh, akhirnya mereka tiba pukul 09.20 WITA, setelah berangkat dari Puskesmas Ritaebang dengan mobil ambulans pukul 08.00 WITA. Setibanya di Podor, KM Basa Raya pun langsung melepaskan tali dan bergegas ke Larantuka.
Terjeda jarak puluhan kilometer dari Desa Titehena ke Pelabuhan Podor dan harus menyeberang dengan kapal kayu KM Basa Raya menempuh puluhan mil laut, memaksa perempuan 18 tahun itu untuk melahirkan darurat.
Mulanya, bidan Puskesmas Ritaebang, Lusia Surat Bolen, mengusap badan Yasinta Ose Herin yang kram dan kejang. Keluhan sakit di tengah laut itu ternyata karena badan bayi sudah mulai terlihat.
“Ibu, ibu, saya sudah tidak bisa,” kata Lusia, menceritakan kembali kata-kata Yasinta Ose Herin yang merintih kesakitan di dalam kapal.