Network
“Ketika muncul kehebohan di publik termasuk juga di media sosial, kami juga memberikan respon bahwa yang kita harapkan teman-teman YouTubers punya komitmen yang sama. Jangan kemudian menampilkan diksi-diksi atau narasi-narasi yang multitafsir atau juga narasi-narasi yang menimbulkan persepsi yang lain di luar hal-hal yang sifatnya faktual, apalagi hal-hal yang mengarah pada hal-hal yang sifatnya pribadi. Itu yang tidak kita harapkan,” tegas Susanto.
Susanto mengakui, KPAI telah mendapatkan banyak masukan dari masyarakat, bahkan para orang tua, karena dalam situasi Covid-19 sekarang ini akses penggunaan media digital oleh anak-anak dan remaja sangat tinggi.
Baca Juga: Dituding sebagai Pelakor, Ini Jawaban Nadia Christina terhadap Para Haters
Survey KPAI juga menemukan fakta bahwa 42 persen anak Indonesia menggunakan atau mengakses media sosial itu di luar kepentingan pendidikan, dalam hal ini untuk pembelajaran.
KPAI juga berpesan kepada semua YouTuber, baik yang sudah popular maupun yang pemula,maupun kreator dan mentor-mentor YouTubers yang lain, agar selalu membuat terobosan-terobosan dan inovasi-inovasi baru yang menawarkan konten-konten yang positif dan bermuatan penguatan karakter, searah dengan semangat negara saat ini, yakni membangun generasi Indonesia semakin baik yang mempunyai karakter yang baik menuju Indonesia yang maju.
“Dan kepada Youtubers yang menggunakan diksi dan narasi yang menimbulkan multitafsir kepada hal- hal yang sensitif agar terus melakukan perbaikan-perbaikan agar ke depannya semakin baik demi kemajuan generasi Indonesia,” tutup KPAI.*** (Max Werang)
