Masih Ingat Pemain Era 70-an? Intip Deretan Klub di Adonara dengan Pesepakbola Terkenal Masa Itu

20 Juni 2022, 07:40 WIB
Para pemain sepak bola Flores Timur di era 1970-an. /Grup FB Perseftim Flores Timur

FLORES TERKINI – Sepak bola di tanah Lamaholot (sebutan untuk rumpun suku di Flores Timur dan sebagian Lembata) sejak zaman dahulu telah menjadi hiburan bagi masyarakat Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Dunia sepak bola Flores Timur sendiri telah melahirkan banyak pemain hebat dari klubnya masing-masing pada masanya.

Di Adonara pada awal tahun 1970-an, setiap desa memiliki tim sepak bola dan memiliki lapangan sepak bola, terkecuali desa-desa yang ada di lereng perbukitan.

Baca Juga: Jadwal Acara tvOne Hari Ini, Senin 20 Juni 2022: Rumah Mamah Dedeh, Kabar Arena, Menyingkap Tabir

Pada masa itu, desa-desa di kawasan perbukitan itu bisa bergabung dengan desa-desa tetangga dalam hal penggunaan lapangan sepak bola.

Pertandingan antardesa hampir dilakukan setiap tahun. Istilah zaman itu adalah "Tare Lot". Ini bahkan menjadi agenda tahunan, terutama di kala menyongsong Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia.

Misalnya di Waiwerang, ada lomba pacuan kuda dan pertandingan sepak bola antardesa. Tidak ada kompetisi antarwilayah selain kompetisi umum dengan sistem Tare Lot tersebut.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Minggu Ini 20-26 Juni 2022 Capricorn, Aquarius, dan Pisces: Seseorang yang Istimewa akan Datang

Klub-klub yang sering masuk lima besar bisa ditebak lantaran ketangguhan para pemainnya dalam mengolah si kulit bundar di arena rumput hijau.

Tim-tim dengan masa kejayaannya kala itu di antaranya KL, Kekal, Dollar, Bon Kota, Agotugu, Apolo, dan masih banyak lagi.

Setiap tim di desa-desa secara rutin melakukan latihan, meskipun tanpa teori dasar ala sepak bola modern saat ini. Semuanya berjalan secara alami.

Baca Juga: Jadwal Acara TransTV Hari Ini, Senin 20 Juni 2022: Nonton Live Streaming The Last Samurai dan Red 2

Menurut tutur lisan seorang tetua di Adonara, biasanya setiap hari Minggu sepulang Gereja, kaum adam yang tergabung dalam klub-klub desa mulai bersiap-siap untuk berlaga di lapangan sepak bola pada sore harinya.

Kenapa hari Minggu? Dulu, dari hari Senin hingga Sabtu, masyarakat Lamaholot tekun bekerja di ladang dengan sistem “Gemohin” (kerja bergotong-royong).

Waktu luang yang dimiliki hanyalah hari Minggu, di mana semua aktivitas Gemohin itu diistirahatkan. Kesempatan inilah yang dimanfaatkan untuk berlaga atau latihan sepak bola.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Minggu Ini 20-26 Juni 2022 Libra, Scorpio, dan Sagitarius: Bersiaplah, Tugas Berat Menanti Anda

“Bila bermain bola, waktu itu bola dibuat dari anyaman kulit pisang,” tutur sang tetua mengenang indahnya sepak bola di masanya.

Saking gemarnya masyarakat saat itu terhadap sepak bola dengan sistem Tare Lot, tak disangka-sangka lahirnya pemain-pemain berkualitas yang tergabung di dalam Persatuan Sepak Bola Flores Timur (Perseftim). Kebanyakan pemain di dalam paguyuban sepak bola ini berasal dari Adonara.

Nama-nama pemain hebat dari Pulau Adonara yang bisa disebut seperti Bebe Corebima (kiper), Djawa (back/belakang), Sani (back/belakang), Boliduhan (back/belakang), Odung (gelandang), Nama Padji (gelandang), dan Guru Wilem (gelandang).

Baca Juga: Jadwal Acara Trans7 Hari Ini, Senin 20 Juni 2022: Jam Tayang Terbaru BTS, Jejak Si Gundul, On The Spot

Sementara pemain yang mencolok pada masa itu berposisi sebagai penyerang. Penyerang handal ini dijuluki “Bor”, yang merupakan barisan tiga serangkai yakni Guru Bua, Olabaga, dan Guru Rauf. Generasi berikutnya barulah muncul Dey Lela dan lainnya.

Saat masa kecil di kampung, nama-nama mereka menjadi idola banyak orang, baik sedang merumput di lapangan hijau ataupun tidak sedang berlaga.

Tahun silih berganti, nama-nama pemain hebat itu pun turut berubah. Tapi di posisi penjaga gawang, nama Bebe tak tergantikan untuk beberapa dekade.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Minggu Ini 20-26 Juni 2022 Cancer, Leo, dan Virgo: Ikatan Cinta Anda Semakin Mempesona

Sementara pemain-pemain baru lainnya pun bermunculan di antara senior-senior. Pora dari Lewokluok diposisikan sebagai pemain belakang mendampingi Djawa dan Boliduhan.

Pemain tengah diisi oleh Cor Montero, Odung, dan Nama Padji. Sedangkan penyerang ada Olabaga, Rauf, Guru “Bor” dan lainnya.

Menariknya kala itu, meskipun fanatisme pada sepak bola untuk pendukung masing-masing klub begitu tinggi, satu hal yang selalu dijaga adalah sportivitas.

Baca Juga: Jadwal Acara SCTV Hari Ini, Senin 20 Juni 2022: Cek Jam Tayang Garis Cinta hingga Buku Harian Seorang Istri

Menurut tutur para tetua, hampir tidak ditemukan kegaduhan, keributan, atau pertikaian antarsuporter pada masa itu.

Demikian indahnya sepak bola, bukan? Karena pada hakikatnya sepak bola bukanlah pemicu pertikaian. Sepak bola adalah pemersatu Lewotana.***

Editor: Ade Riberu

Tags

Terkini

Terpopuler