Alasannya karena nama Jingi Tiu sudah terlanjur melekat sebagai identitas kepercayaan mereka dan orang-orang sudah terbiasa dengan nama Jingi Tiu sehingga orang Sabu dan para Mone Ama sepakat menyandang Jingi Tiu sebagai nama ajaran mereka sampai sekarang.
Bagi orang Suku Sabu, Jingi Tiu adalah penerapan keprcayaan terhadap kehidupan sehari-hari di bawah aturan Uku yang artinya Aturan Adat agar terjadi keseimbangan antara manusia dan alam.
Baca Juga: Danau Tahai di Desa Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Uniknya Air Danau Ini Berwarna Merah
Penyimpangan dari Uku tersebut dapat mengganggu keseimbangan lingkungan dan kehidupan dan menimbulkan krisis dalam kehidupan mereka seperti terjadi kematian yang tidak wajar maupun bencana-bencana yang lainnya.
Suku Sabu juga percaya adanya berbagai makhluk halus yang tingkatannya lebih rendah dari Deo Ama. Makhluk halus tersebut terdiri dari 3 (tiga) jenis yaitu:
- Rai Balla yang menjaga bumi.
- Dahi Balla yang menjaga laut.
- Liru Balla yang menjaga langit.
Baca Juga: Danau Butong di Desa Butong Kecamatan Teweh Selatan, Kalimantan, Terdapat Kebun Rotan Sedatu
Ketiganya mengatur berbagai aspek kehidupan manusia. Seperti mengatur musim hujan, mengatur nira, mengatur musim kemarau, melindungi dan mengembangbiakkan berbagai hewan ternak, menjaga kesuburan tanah, serta menumbuhkan tanaman, dan lainnya.
Selain 3 mahluk halus di atas, Suku Sabu juga mempercayai beberapa mahluk lain yang bertugas untuk melindungi kampung penduduk Suku Sabu.
- Uli Rae berjaga di sebelah kanan gerbang timur kampung ,
- Maki Rae berjaga di sebelah kiri gerbang timur kampung.
- Tiba Rae yang artinya penangkis kampung.
- Aji Rae yang artinya penahan kampung.
Mereka semua berjaga agar menjadi Ngita Nano Ngita Adu yang artinya agar dapat diandalkan dapat keras serta Ngita Kemaki Ri Ngallu Apa yang artinya tahan terhadap serangan angin buruk.