Dia dengan berani memberi penyaksian bahwa dialah orang yang lahir buta dan kini telah disembuhkan.
Ketika orang-orang Farisi mengatakan bahwa penyembuhnya adalah seorang pendosa yang melanggar hukum Sabat, dia menjawab: "Dari dahulu sampai sekarang tidak pernah terdengar, bahwa ada orang yang memelekkan mata orang yang lahir buta. Jikalau orang itu tidak datang dari Allah, Ia tidak dapat berbuat apa-apa".
Pada akhirnya, ‘mata iman’-nya pun dibuka untuk mengenal dan mengakui Yesus sebagai Almasih, yakni "Dia yang sedang berbicara dengan engkau".
Orang yang dicelikkan matanya menjawab: "Aku percaya, Tuhan". Lalu ia sujud menyembah Kristus. Inilah pengakuan iman yang paling pribadi, sebuah credo yang personal.
Baca Juga: Link Live Streaming Southampton vs Tottenham Hotspur 18 Maret 2023: Saling Berburu Kemenangan
Sebaliknya, orang-orang Farisi yang menganggap diri saleh dan benar serta menolak Yesus, mereka tetap tinggal dalam kedegilan hati dan kebutaan mata batin, sehingga tidak mengenal kehadiran Tuhan dalam diri Yesus Almasih.
Dahulu kita juga 'buta', tetapi Tuhan membuka mata hati dan budi kita dengan terang cahaya-Nya.
Maka Rasul Paulus berpesan: "Dahulu kamu adalah kegelapan, tetapi sekarang kamu adalah terang di dalam Tuhan. Sebab itu hiduplah sebagai anak-anak terang, karena terang hanya berbuahkan kebaikan, keadilan dan kebenaran" (Ef. 5: 8-9).