Sebagai tentara waktu itu, Razon mengaku telah membunuh 40 warga Palestina di jalur Gaza, yakni perang Israel dan Palestina di 2007.
Baca Juga: Fakta Seputar Mitos Hubungan antara Pori-pori dengan Perawatan Wajah, Bisa Bikin Jerawat Menumpuk?
Setelah peristiwa tersebut, kondisi mental Razon semakin terganggu, hingga dokter menyatakan ia mengalami depresi dan trauma.
“Saya membunuh lebih dari 40 orang hanya untuk kalian. Saya benar-benar membunuh mereka,” ujar Razon.
Setiap malam, Razon juga mengatakan bahwa korban-korban yang ia bunuh selalu mendatanginya.
Baca Juga: CEK FAKTA: BNI Tegaskan Transaksi Nasabahnya di ATM Berlogo BNI Tidak Dipungut Biaya
“Saya selalu buang air kecil di kasur saat tidur selama ini akibat trauma. Mereka mendatangi saya dan berkata ‘Kenapa kamu membunuhku’. Apakah Anda masih bisa menjalani hidup tenang jika mengalami hal yang saya alami? Dapatkah Anda makan dengan tenang? Dapatkah kalian semua menjalani hidup?” tegas Rozan.
Dari semua yang dialami Razon, dokter menyatakan bahwa Razon memiliki Post Traumatic Stress Disorder atau PTSD karena pembunuhan yang ia lakukan 13 tahun lalu.
Saat mengetahui kondisi mental tersebut, Razon meminta perawatan untuk mengatasi penyakitnya. Namun, pemerintah Israel hanya memberikan perawatan seadanya.
Baca Juga: CEK FAKTA: Kisah Guru Honorer yang Kaya Mendadak Berkat Pembangunan Bendungan