Kini, Manusia Lubang itu telah tiada. Dikutip dari pikiran-rakyat.com, jasad Manusia Lubang ditemukan oleh sekelompok aktivis pejuang masyarakat adat, Funai, yang memang mengawasi kehidupannya.
Pria itu diperkirakan tewas di usia 60 tahun. Saat ditemukan, jasadnya dalam kondisi dekomposisi. Kelompok Funai menduga, Manusia Lubang itu sudah menyiapkan kematiannya sendiri. Sebab, tubuhnya di kelilingi bulu-bulu burung berwarna-warni.
Julukan Manusia Lubang disematkan padanya karena dia kerap bersembunyi di lubang yang dia gali. Bahkan, dia selalu mengusir siapapun yang mencoba mendekatinya.
Hal ini dikarenakan ia pernah mengalami pengalaman traumatis, di mana tempat tinggalnya diserang. Bahkan, teman dan keluarganya dibunuh.
Sejak saat itu, dia menolak dan menghindari semua upaya dunia luar untuk berhubungan dengan dirinya. Ia juga menyerang siapapun yang mencoba mendekatinya.
“Setelah melalui pengalaman pembantaian dan tempat tinggalnya dijarah, menghindari kontak dengan orang asing adalah salah satu cara bertahan hidup yang logis bagi dia,” kata Sarah Shenker, dikutip dari laman Survival International.
Manusia Lubang pertama kali ditemukan pada pertengahan dekade 90-an. Aktivis masyarakat adat menemukan lahan perkebunan kecil yang dihancurkan oleh penggembala dan ditemukan juga lubang galian yang digali oleh tangan.
Kemudian pada 2018, Kelompok Funai merekam manusia lubang dalam rangka misi monitor yang dilakukan Pemerintah Brasil.