Di Tengah Pandemi, Desa Colol Manggarai Timur Berhasil Produksi Kopi Kemasan Sendiri

25 Mei 2021, 03:54 WIB
Ilustrasi kopi - Kabar gembira datang dari Kabupaten Manggarai, NTT. Meski situasi global sedang dilanda pandemi Covid-19, salah satu badan usaha milik desa (Bumdes) Colo Nembu Desa Colol berhasil mengembangkan kopi kemasan. /comfreak/pixabay.com

FLORES TERKINI - Kabar gembira datang dari Tanah Congka Sae, Manggarai, NTT. Meski situasi global sedang dilanda pandemi Covid-19, salah satu badan usaha milik desa (BUMdes) Poco Nembu Desa Colol berhasil mengembangkan kopi kemasan.

Rudolf Supardi, selaku Ketua Bumdes mengatakan alasan yang melatarbelakangi terobosan yang mereka lakukan ini adalah karena selama ini mereka mengalami kesulitan dalam memperkenalkan produk mereka ke dunia pasar.

"Jadi saat ini kita mulai kembangkan produksi kopi kemasan 12 gram, tujuannya adalah untuk membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di sini, sekaligus untuk menarik minat pasar," katanya.

Baca Juga: Ratusan Tenaga Kerja NTT Dipecat Tanpa Pesangon di Kaltim

Menurut Rudolf, pemasaran selama ini sedikit mengalami kendala karena kemasan kopi jenis arabika yang dikelola oleh Bumdes Poco Nembu berukuran besar yakni 25 dan 250 gram.

Menurutnya, nantinya 2 kemasan yang dianggap terlalu besar itu akan dipasarkan secara grosir.

Sementara target jangka panjang pemasarannya Rudolf berharap bisa menjangkau semua hotel dan restaurant yang ada di pulau Bunga, Pulau Flores.

Baca Juga: Maksimalkan Pembelajaran Online-Offline, SMK Yohanes XXIII Maumere Gelar Workshop Peningkatan Kompetensi Guru

Harapannya, semoga hasil kopi yang mereka pasarkan dalam bentuk kemasan ini bisa mengurangi problem masyarakat terkait ekonomi para petani kopi.

"Harapannya para petani terlepas dari tengkulak yang menjerat para petani kopi. Kopi dari masyarakat kami terima, proses dan jual. Sehingga harga tidak ditentukan oleh tengkulak lagi," ucapnya.

"Kalau masuk dalam kemasan kopi dalam satu kilo itu kan harganya Rp20 ribu. Sementara kalau dalam bentuk liter, harga beli kita di petani itu Rp7 ribu sementara tengkulak belinya cuma Rp4 ribu, mana buat masyarakatnya, ditambah kalau tengkulak setahun tidak dibayar harganya itu naik berkali lipat," lanjutnya lagi.

Baca Juga: Air Surut 5 Meter, P3MK Minta Lakukan Penelitian Danau Kelimutu

Dalam proses pengemasan, BUMdes Poco Nembu dibantu oleh mesin yang merupakan bantuan dari Bank NTT, secara BUMdes ini adalah salah satu BUMdes binaan Bank NTT cabang Borong, Manggarai Timur.

Dalam sekali produksi, mesin ini bisa mencetak 83 kopi sachet yang dinamai Kopi Poco Nembu.

Sementara untuk proses awal pengolahan biji kopi, Rudofl menjelaskan mereka mengambil biji kopi "Green bean" langsung dari petani lalu diolah dengan menggunakan mesin seadanya.

Baca Juga: ABK KMP Ile Mandiri Jatuh ke Laut, Proses Pencarian Terkendala Kerusakan Mesin Kapal Penyelamat

Namun untuk saat ini dengan bantuan-bantuan mesin yang ada, pekerjaan mereka lebih ringan dengan hasil yang lebih dari cukup per harinya.

"Selama ini (penggorengan) masih pakai manual. Dengan mesin penggorengan bantuan dari Kemendes untuk menghasilkan bubuk kopi, proses penggorengan selama satu jam untuk 10 kilo gram. Satu hari mampu mencapai 30 kilo gram bubuk kopi medium dark yang siap dikemas," lanjut Rudolf.*** (Ancis Ama)

Editor: Eto Kwuta

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler