Soal Masuk Sekolah Jam 5 Pagi di NTT, Mantan Dosen UPH Jakarta Asal Solor: Kebijakan Itu Terlalu Prematur

3 Maret 2023, 14:51 WIB
Drs. Yoseph Hayon, M.Hum., menilai bahwa kebijakan siswa masuk sekolah jam 5 pagi di NTT terlalu prematur. /Max Werang/FLORES TERKINI

FLORES TERKINI - Polemik terkait kebijakan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mewajibkan siswa SMA/SMK sekolah jam 5 pagi terus saja menuai pembicaraan publik.

Sebelumnya diberitakan, Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat mewajibkan siswa SMA di dua sekolah di Kota Kupang untuk masuk sekolah jam 5 pagi, guna meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) untuk bisa bersaing di luar NTT.

Dua sekolah saja di NTT itu adalah SMA Negeri 1 dan SMA Negeri 6, yang menjadi sampel atau contoh untuk dilakukan pembelajaran mulai jam 5 pagi, sebelum akhirnya diundur ke jam 05.30 WITA.

Baca Juga: RDP Soal Pembangunan di Puskesmas Ritaebang: Konsultan Pengawas Akui Kerja Tak Sesuai RAB, Proyek Lanjut?

Menanggapi kebijakan itu, mantan dosen yang pernah mengajar di Universitas Pelita Harapan (UPH) Jakarta, Drs. Yoseph Hayon, M.Hum., ketika ditemui di kediamannya di Ritaebang, Kecamatan Solor Barat pada Jumat, 3 Maret 2023, menilai bahwa kebijakan yang diambil oleh Pemprov NTT terlalu prematur.

Yoseph Hayon mengatakan, untuk memajukan pendidikan anak bukan dilihat dari waktu dimulainya pelajaran, namun semuanya terpulang pada kualitas guru yang menjalankan kurikulum yang ada.

Dirinya mengatakan, pada jam 5 pagi, secara kognitif atau ilmu pengetahuan, siswa belum dapat menyerap semua materi yang diajarkan itu dengan baik, kecuali aspek rohaninya di mana jam seperti ini memang bisa dilaksanakan siswa.

Baca Juga: Jokowi Minta Menpan RB Prioritaskan Honorer di 2023, Tenaga Non ASN Langsung Diangkat?

"Siswa SMA diwajibkan sekolah mulai jam 5 pagi ini terlalu prematur kebijakannya. Jika mau supaya siswa di NTT bisa bersaing di luar maka sebaiknya perkuat kualitas gurunya agar dapat menjalankan kurikulum dengan baik," ujar Yoseph Hayon, putra asli Kelurahan Ritaebang.

Secara spesifik, Yoseph Hayon kembali menambahkan bahwa guru-guru juga harus rajin memberikan tugas terstruktur dan tugas mandiri agar siswa sudah diperbiasakan mulai dini dan terus melakukan pendampingan bagi yang kurang mampu di bidang kognitif.

Hal ini, menurutnya, dapat melatih kemampuan siswa untuk lebih giat belajar dan tentu hasilnya akan memuaskan.

Baca Juga: Soal PHO Proyek di Puskesmas Ritaebang, Muhammad Mahlin Sebut PPK Cuma Tebar Janji Kosong

Yoseph Hayon menambahkan, semestinya pemerintah bisa mendorong kebijakan ini bagi sekolah-sekolah yang selama ini sudah berprestasi, seperti di Flores misalnya SMAK Suryadikara, Seminari Hokeng, dan SMAK Frateran Podor.

Sebelum mengakhiri pernyataannya, Yosep Hayon kembali menegaskan bahwa Pemprov juga bisa menyiapkan sarana prasarana yang baik seperti internet di sekolah agar siswa dengan mudah mencari tahu hal yang selama ini tidak ia ketahui.

"Pada prinsipnya, kebijakan sekolah jam 5 pagi ini terlalu prematur. Sebaiknya perkuat kualitas guru untuk menjalankan kurikulum yang ada agar apa yang diharapkan Pemprov terhadap kualitas pendidikan di NTT bisa terjawab," ujar mantan Dosen Undana periode 1980-1992 ini.***

Editor: Max Werang

Tags

Terkini

Terpopuler