Jalan Sabuk Merah di Perbatasan Indonesia-Timor Leste Rampung Dibangun, Ternyata Punya Peranan Penting Ini!

25 Mei 2023, 10:02 WIB
Jalan Sabuk Merah di perbatasan Indonesia Timor Leste yang menghubungkan Kabupaten Belu dan Malaka. /ANTARA/Ho

FLORES TERKINI – Jalan Sabuk Merah kini telah rampung dibangun. Setidaknya sepanjang 24,22 kilometer ruas jalan yang menghubungkan Kabupaten Belu dan Kabupaten Malaka di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) itu telah berhasil dikerjakan oleh Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) NTT.

Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 2.5 BPJN NTT, Zulkifli Arif, mengatakan bahwa walaupun sudah selesai dibangun, jalan tersebut masih dalam masa pemeliharaan sampai dua tahun mendatang.

“Memang ada beberapa titik yang mengalami kerusakan, tetapi tidak sepanjang ruas jalan tersebut, lagi pula masih dalam masa pemeliharaan,” kata Zulkifli Arif pada Rabu, 24 Mei 2023, dilansir dari ANTARA.

Baca Juga: Dihantam Badai, Kapal Pengangkut 12 Nelayan Asal Rote-NTT Tenggelam di Perairan Australia

Selama dua tahun pemeliharaan tersebut, kata Zulkifli, kontraktor yang mengerjakan yakni PT Tureleto Battu Indah bertanggung jawab atas setiap kerusakan yang bukan disebabkan oleh bencana.

Ia menjelaskan, sebelumnya ruas jalan yang sudah selesai dibangun itu, pada Januari-Maret 2023 memang mengalami kerusakan akibat ada longsor yang berakibat terjadi patahan di jalan tersebut.

Namun, pihaknya terus menginvetarisasi kerusakan itu agar bisa memerintahkan kontraktor untuk memperbaiki jalan yang dibangun dengan uang negara mencapai Rp100 miliar lebih tersebut.

Baca Juga: Cegah Kasus Rabies di NTT, Gubernur Laiskodat Wajibkan Anjing Milik Warga Divaksin

Jalan Sabuk Merah dalam Rancangan Kementerian PUPR

Untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan NTT sebagai wujud nyata membangun Indonesia dari pinggiran, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) terus berupaya meningkatkan layanan sejumlah infrastruktur di wilayah NTT. Salah satunya adalah membangun jalan perbatasan Indonesia-Timor Leste sepanjang 179,99 kilometer, atau yang dikenal dengan istilah Sabuk Merah Sektor Timur dari Kabupaten Belu hingga Kabupaten Malaka.

Dilansir dari pu.go.id, dari 179,99 kilometer tersebut yang sudah tertangani (aspal) pada tahun 2018 sepanjang 85 kilometer. Sedangkan di tahun 2019 dikerjakan sepanjang 46 kilometer, sisanya dituntaskan pada tahun-tahun berikutnya.

Baca Juga: BMKG: Gelombang Tinggi Berpotensi Terjadi di Wilayah NTT Beberapa Hari ke Depan, Cek Lokasinya!

Sepanjang Jalan Sabuk Merah Sektor Timur, dibangun sebanyak 44 buah jembatan dengan panjang 1.600 meter. Di tahun 2018 telah dibangun sebanyak 31 buah jembatan dengan panjang 1.250 meter. Sisanya pada tahun 2019 diselesaikan 13 buah jembatan. Adapun jembatan-jembatan tersebut semuanya terbuat dari rangka baja dengan bentang rata-rata 60 meter.

Sedangkan Sabuk Merah di Sektor Barat di daerah Timur Tengah Utara (TTU) sepanjang 130,88 kilometer akan dilakukan penanganan apabila Jalan Sabuk Merah di Sektor Timur telah seluruhnya tersambung.

Peran Penting Jalan Sabuk Merah

Jalan Sabuk Merah di perbatasan Indonesia-Timor Leste ini punya arti penting, karena akan menjadi akses pendekat ke garis perbatasan, sehingga bisa mempermudah pengawasan garis perbatasan di dua negara tersebut.

Baca Juga: Soal Pemanfaatan Panas Bumi di Flores, Gubernur Laiskodat: NTT akan Jadi Salah Satu yang Terkaya di Indonesia

Kepala Biro Komunikasi Publik Kementerian PUPR, Endra S. Atmawidjaja, mengatakan bahwa jalur Sabuk Merah tidak hanya berfungsi untuk menghubungkan beberapa pos keamanan sepanjang PLBN Motaain dan PLBN Motamassin. Namun, pembangunan di pinggir Indonesia ini pun dapat mendukung perekonomian masyarakat setempat.

Salah satu potensi ekonomi yang bisa didorong adalah sektor pariwisata. Sebuah sabana Fulan Fehan di Lamaknen, Kabupaten Belu, melintasi Sabuk Merah sektor Timur, sehingga memudahkan wisatawan untuk berkunjung ke spot wisata yang unik dan eksotik ini.

“Dulu kan sulit sekali ke Fulan Fehan ini. Dengan jalan perbatasan kini bisa lebih mudah dijangkau,” kata Endra kala itu.

Baca Juga: Warga Maulafa Curhat Soal Kebiasaan Pesta Sampai Pagi dan Marak Pencurian Ternak, Begini Respon Wakapolda NTT

Di samping itu, pada kawasan sekitar Fulan Fehan pun terdapat komoditas perkebunan pohon kayu putih, kelor, dan jambu mete. Dengan adanya jalan tersebut maka akan lebih mudah untuk masyarakat meningkatkan skala produksi dan nilai tambah bagi produk lokal.

Stanilaus Nahak, seorang warga yang sempat melintasi jalur Sabuk Merah, meyakini bahwa pembangunan jalan Sabuk Merah itu otomatis akan meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah perbatasan, khususnya bagi warga dari Kabupaten Malaka yang ingin menjual hasil usaha ke Kota Atambua.

Ia pun mengapresiasi upaya pemerintah untuk membangun jalan di wilayah perbatasan, khususnya bagi kontraktor dari PT Tureleto Battu Indah yang sudah mengerjakan jalan hotmix tersebut.

Baca Juga: 6 Pulau di NTT Berpotensi Dilanda Rob hingga Besok, BMKG Minta Waspada

Selain memiliki peran penting itu, Jalan Sabuk Merah yang menghubungkan Belu-Malaka adalah jalan yang melintasi perbukitan. Di sepanjang perjalanan berkelok, pengguna jalan bisa menikmati pemandangan yang indah.

Jalur yang dilalui tersebut sinar mataharinya tidak menyengat, sehingga jika menggunakan kendaraan roda dua, traveler akan merasakan keindahan alam nan eksotis di wilayah perbatasan tersebut.***

Editor: Ade Riberu

Sumber: pu.go.id ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler