“Pendapatan ini semua tergantung cuaca di laut. Kalau cuaca baik hasilnya juga baik, begitu juga sebaliknya,” terang Bapak Finu, sapaan akrabnya untuk masyarakat setempat.
Dituturkannya, yang menjadi kebanggaannya adalah hasil perjuangannya itu dapat memenuhi kebutuhan keluarga sehari-hari. Di meja makan keluarga setiap hari selalu tersaji ikan hasil tangkapanya.
Baca Juga: Sinopsis Ikatan Cinta Kamis 16 September 2021: Elsa Teriak-teriak Sambil Marah dengan Andin di Lapas
Sementara itu istrinya, Kristina Hayong, mengatakan bahwa dirinya sangat mensyukuri pekerjaan suaminya itu. Berkat usaha dan kerja keras suaminya, keempat anak mereka dapat mengenyam pendidikan yang layak.
“Si bungsu sudah di Kelas XII, putri kedua sedang menjalankan masa postulan di Susteran SSPS Kewapante-Maumere, putri ketiga kami sedang berkuliah di Universitas Mulawarman Kalimantan Timur semester III pada FKIP Geografi,” ujar Kristina.
Sedangkan anak sulungnya yang juga merupakan seorang perempuan, memutuskan untuk membantu keluarga dengan mencari nafkah di tanah orang (merantau), dengan bekerja sebagai SPG di sebuah mini market di Kalimantan Timur.
Rofinus yang merupakan salah satu dari enam nelayan tradisional di Desa Lewolaga itu pun mengaku bangga dan pantang menyerah dengan pekerjaan yang digelutinya, meskipun dengan alat-alat yang sangat sederhana.
“Karena dominan nelayan sekarang sudah melakukan penangkapan ikan secara modern. Lewolaga adalah daerah pesisir yang setiap paginya dipenuhi dengan sepeda motor dan pikc up yang membeli ikan pada kapal penangkap ikan yang berlabuh pesisir pantai Lewolaga. Tapi itu beda dengan kami yang punya alat tangkap sederhana ini,” tuturnya.
Meskipun demikian, Rofinus berpesan bahwa selama kita menekuni dan mencintai pekerjaan kita sendiri, hasilnya tak akan pernah mengecewakan diri kita sendiri.