Lebih meresahkan lagi, pemilik rumah hanya memberikan izin kegiatan belajar di rumahnya untuk sementara, karena suatu waktu ruangan itu akan dipakai.
Baca Juga: Gempur Stunting di Solor Barat, Camat dan Kapus Ritaebang Beberkan 3 Inovasi Terbaru
“Masalahnya sekarang kita harus mencari tempat baru untuk kelangsungan kegiatan belajar mengajar karena ruangan yang diberikan itu akan dimanfaatkan oleh pemilik rumah," ujar Nolas, sapaan akrabnya.
Salah satu orang tua murid, Gervinus Moa, sangat menyayangkan kondisi anak-anak yang melakukan kegiatan belajar di rumah warga. Padahal, menurut dia, lahan untuk bangun gedung sekolah sudah dibebaskan warga.
“Kasihan anak-anak kami harus belajar di rumah warga dengan kondisi ruangan yang sempit. Bagaimana anak-anak kami mau pintar kalau mereka belajar dengan kondisi seperti itu,” kata Gervasius.
Baca Juga: Jalani Pemeriksaan Perdana sebagai Tersangka, Ira Ua: Saya Berusaha Jadi Warga Negara yang Baik
“Tanah sudah kami bebaskan. Bangunan sekolah darurat pun kami sudah kerjakan. Tapi sampai dengan bangunan darurat itu rubuh tidak ada perhatian dari pemerintah sampai hari ini anak-anak masih bertahan sekolah di rumah warga,” tambahnya.
Sebagai orang tua murid, dirinya berharap kepada Pemerintah Kabupaten Sikka agar segera membangun kembali gedung sekolah yang baik dan layak untuk KBM anak-anak di kampung tersebut.***