Suhu Udara Ekstrem Dingin Landa Wilayah NTT hingga Agustus 2022, Pertanda Apa?

- 11 Juli 2022, 07:34 WIB
Ilustrasi suhu udara dingin.
Ilustrasi suhu udara dingin. /

FLORES TERKINI –  Sejak awal Juli 2022, masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merasakan suhu udara yang sangat dingin pada malam hingga pagi hari.

Namun sebenarnya suhu dingin ini dirasakan hampir merata di seluruh wilayah Indonesia, khususnya Indonesia bagian selatan, termasuk wilayah NTT.

Sementara suhu dingin yang lebih ekstrem dirasakan di beberapa daerah di wilayah Indonesia yang juga secara topografi berada di dataran tinggi atau kaki gunung.

Baca Juga: Jadwal Acara MNCTV Hari Ini, Senin 11 Juli 2022: Saksikan Live Rising Star Dangdut Malam Ini

Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprakirakan, suhu udara dingin ekstrem yang tengah melanda wilayah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) saat ini bakal berakhir pada Agustus 2022.

”Diperkirakan suhu dingin ini puncaknya pada musim kemarau, yakni bulan Agustus,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas II El Tari Kupang, Agung Sudiono Abadi, dikutip dari bmkg.go.id, Senin, 11 Juli 2022.

Lantas, sebenarnya apa yang menyebabkan suhu udara begitu dingin? Menurut BMKG, penyebab suhu dingin di NTT pada saat musim kemarau ini terjadi karena adanya pergerakan massa udara dari Australia.

Baca Juga: Final Voli Putri MBHK Cup 2022: Eka Bala Raih Juara dengan Penuh Peluh dan Susah Payah

Saat ini, massa udara dari Australia itu sedang berada pada puncak musim dingin dengan membawa udara dingin dan kering ke Asia melewati Indonesia yang dikenal dengan Angin Monsun Dingin Australia.

Otomatis, NTT yang secara geografis berada lebih dekat dengan Australia tentu tidak luput merasakan suhu udara yang lebih dingin dari bulan-bulan sebelumnya, yang disertai dengan angin kencang yang kering, tulis Instagram @bmkgntt_meteo, dikutip Minggu, 10 Juli 2022.

Selain itu, suhu udara yang dingin ini juga bisa terjadi lantaran gerak semu matahari. Dikutip dari bmkg.go.id, selain gerak semu harian matahari akibat rotasi (gerak putar bumi pada sumbu putar) yang menyebabkan terjadi siang dan malam, juga terdapat gerak semu tahunan matahari yang disebabkan oleh revolusi bumi.

Baca Juga: Jadwal Acara Indosiar Hari Ini, Senin 11 Juli 2022: Nonton Semifinal Piala Presiden dan Armour Of God

Akan tetapi, sumbu rotasi bumi ini tidak sejajar terhadap sumbu revolusi, melainkan sedikit miring sebesar 23,5 derajat.

Akibat dari miringnya sumbu rotasi bumi itu, matahari tidak selalu terlihat di atas khatulistiwa, matahari akan terlihat berada di bagian utara dan selatan bumi.

Selama setengah tahun, matahari lebih banyak menerangi belahan Bumi Bagian Utara (BBU) dan setengah tahun berikutnya matahari lebih banyak menerangi belahan Bumi Bagian Selatan (BBS).

Mengingat letak geografis NTT yang ada di belahan BBS, sehingga pada bulan Juli di mana kecondongan matahari bergerak ke BBU membuat energi yang diterima oleh permukaan bumi di BBS menjadi berkurang, karena energi maksimum akan diterima permukaan bumi adalah pada saat matahari berada tegak lurus dari permukaan bumi.

Baca Juga: Final Voli Putra MBHK Cup 2022: Derby Panas di Solor Selatan Eka Bala vs Balada, Ini Hasilnya

Berkurangnya energi panas matahari dan berubahnya pola angin musiman mengikuti arah kecondongan matahari ke BBU, membuat kadar uap air atmosfer di BBS sebagai bahan baku terbentuknya awan mengalami defisit.

Defisitnya kadar uap air di dalam udara ini membuat udara tidak mampu mempertahankan suhu hangatnya lebih lama, di mana seharusnya partikel air inilah yang memiliki kapasitas penyimpanan panas yang lebih tinggi dari pada partikel udara.

Tingginya kelembaban udara pada siang hari yang umumnya terjadi pada musim penghujan, dapat memastikan panas matahari diserap dengan baik oleh partikel air yang terdapat di udara demi menjaga suhu udara tetap hangat pada malam harinya.

Baca Juga: Sinopsis Chandragupta Maurya, Senin 11 Juli 2022: Semua Remaja Bakal Dibunuh, Chandragupta Termasuk?

Untuk itulah mengapa di musim hujan suhu udara rata-rata umumnya tetap hangat walaupun air melimpah.

Namun, hal ini tidak terjadi pada musim kemarau, karena sebagian besar kadar air udara telah didistribusikan oleh angin menuju di BBU.

Energi panas yang diterima bumi di siang hari tidak mampu dipertahankan oleh partikel udara lebih lama, sehingga suhu udara malam hari pada musim kemarau (terlebih lagi pada puncak musim kemarau) menjadi sangat dingin suhu udaranya.

Baca Juga: Enggan Rujuk dengan Sule Pasca Ajukan Gugatan Cerai, Ini Alasan Nathalie Holscher

Penurunan suhu udara di bulan Juli belakangan ini lebih dominan disebabkan karena kandungan uap di atmosfer cukup sedikit dalam beberapa hari terakhir ini untuk wilayah NTT.

Hal ini terlihat dari tutupan awan yang tidak signifikan selama beberapa hari terakhir. Secara fisis, uap air dan air merupakan zat yang cukup efektif dalam menyimpan energi panas. Ketika tutupan awan sedikit maka tidak ada penyimpan energi panas.

Rendahnya kandungan uap di atmosfer (tutupan awan) juga menyebabkan energi radiasi gelombang panjang yang dilepaskan oleh bumi ke luar angkasa pada malam hari tidak ada yang menghalangi, yang kemudian mengakibatkan permukaan menjadi lebih dingin (wilayah Indonesia bagian selatan).***

Editor: Ade Riberu

Sumber: bmkg.go.id Instagram BMKG


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah