Sikka KLB Rabies dengan 518 Kasus HPR Sejak Januari 2023, Pemerintah Minta Warga Lakukan 5 Hal Penting Ini

- 16 Mei 2023, 19:03 WIB
Ilustrasi anjing rabies.
Ilustrasi anjing rabies. /Pixabay/Nicholas Demetriades

FLORES TERKINI – Kasus rabies makin marak terjadi di Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Sejak Januari hingga April 2023, tercatat sebanyak 518 kasus gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) di wilayah tersebut.

Hal itu diketahui dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Sikka yang disebutkan dalam Surat Edaran bernomor: Dinkes.P2P/812/V/2023, terkait Imbauan Kesehatan.

Dari surat tersebut diketahui pula bahwa sebanyak 10 spesimen terindikasi positif rabies dari 17 spesimen otak anjing yang diperiksa. Bahkan, terjadi 1 orang meninggal dunia akibat gigitan anjing rabies.

Baca Juga: Rabies Menelan Nyawa Warga Sikka, Seorang Balita Meninggal Dunia Setelah Digigit Anjing

Mengamati situasi tersebut, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sikka telah menetapkan Kabupaten Sikka sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) rabies.

Bersamaan dengan itu, Pemkab Sikka melalui Bupati Sikka Fransiskus Roberto Diogo, S.Sos, M.Si., mengeluarkan 5 imbauan penting yang perlu menjadi perhatian serius warga setempat. Berikut imbauan dimaksud.

Pertama, setiap penderita atau korban kasus gigitan oleh Hewan Penular Rabies (HPR) harus diduga sebagai tersangka rabies.

Baca Juga: Rabies ‘Makan’ Korban di Sikka, Dokter Asep Purnama Minta Segera Tingkatkan Cakupan Vaksinasi HPR

Kedua, segera mencuci luka setelah digigit anjing dengan sabun atau deterjen pada air mengalir selama 15 menit dan melapor ke Puskesmas atau Rabies Center terdekat untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) sesuai indikasi.

Ketiga, melakukan penyuluhan atau Koordinasi Informasi Edukasi (KIE) secara rutin kepada masyarakat mengenai bahaya rabies dan cara pencegahannya.

Keempat, mengimbau masyarakat untuk mengikat atau mengkandangkan Hewan Penular Rabies (HPR) mencakup anjing, kucing, dan kera.

Baca Juga: Di Sikka-NTT! Terombang-ambing di Tengah Laut, 5 Nelayan Dievakuasi Tim SAR, Begini Kondisi Para Korban

Kelima, melakukan vaksinasi terhadap anjing, kucing, dan kera secara rutin sebagai tindakan pencegahan terhadap kejadian fatal akibat gigitan HPR.

Menurut Kepala Dinas Kesehatan Sikka dr. Maria Bernadina Nenu, M.PH., kasus gigitan HPR harus segera ditangani. Pasalnya, sekali gejala rabies muncul maka kemungkinan kecil terjadi penyembuhan secara total.

“Maka jangan tunggu hingga muncul gejala, segera ke Puskesmas atau Rabies Center terdekat untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) setelah gigitan, sehingga melindungi diri dari ancaman nyawa,” ujarnya.

Baca Juga: 5 Nelayan di Sikka Berhasil Dievakuasi Tim SAR Gabungan, Sempat Hilang Usai Kapal Patah Kemudi

Anak Rentan Menjadi Korban Rabies

Terpisah, dr. Asep Purnama, Sp.PD selaku Dokter Spesialis Penyakit Dalam di RSUD TC Hillers Maumere, menilai bahwa kasus rabies sangat rentan terjadi pada anak-anak. Pasalnya, postur tubuh anak-anak  memungkinkan anjing melompat dan menggigit wajah korban.

“Luka di wajah termasuk luka risiko tinggi karena virus rabies akan bergerak cepat menuju ke otak, kemudian muncul gejala khas rabies, yakni takut air (hydrophobia) dan takut udara (aerophobia). Manakala gejala khas tersebut sudah muncul, maka saat ini belum ada obat yang bisa menyembuhkannya,” kata dr. Asep.

Lebih lanjut ia menggarisbawahi, saat ini cakupan vaksinasi rabies pada anjing di Sikka masih rendah. Bahkan beberapa anjing di Sikka sudah terbukti tertular virus rabies, berdasarkan hasil pemeriksaan sampel otak yang dikirim ke Balai Besar Veteriner Denpasar. Bahkan sudah terjadi korban nyawa, seorang anak berusia 4 tahun digigit oleh anjingnya sendiri.

Baca Juga: 5 Fakta Unik Soal Jong Dobo, Destinasi Wisata Budaya di Sikka-Flores yang Terkenal Magis dan Sakral

“Dalam situasi seperti saat ini, setiap anjing yang ada patut dicurigai tertular rabies. Oleh karena itu, sebisa mungkin hindari kontak dengan anjing yang tidak jelas status vaksinasi dan kepemilikannya. Jika kita memiliki anjing, mohon berkenan mengikat terlebih dahulu dan segera divaksin,” tegasnya.

Kasus Rabies Terbaru di Sikka

Sebelumnya diberitakan, seorang balita asal Desa Habi, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, dinyatakan meninggal dunia karena digigit anjing yang terindikasi positif rabies. Balita berusia 4 tahun 11 bulan itu meninggal dunia di RSUD TC Hillers Maumere pada Senin, 8 Mei 2023, tepat pukul 13.50 WITA.

“Hari ini, 8 Mei 2023, kembali virus rabies memakan korban nyawa lagi untuk yang kesekian ratus kali. Tepat pada jam 13.50 WITA, seorang anak ganteng nan lucu asal Desa Habi berusia 4 tahun 11 bulan meninggalkan orang tua dan kakak yang sangat menyayanginya, untuk selama-lamanya,” tulis dr. Asep Purnama dalam keterangannya pada Senin, 8 Mei 2023 malam.

Baca Juga: Promosikan Olahan Kelor Milik Penyandang Disabilitas di Sikka, Mensos Risma: Tak Perlu Takut Efeknya

Menurut dr. Asep, anak bungsu itu digigit anjing di wajahnya pada 24 April 2023. Sampel otak anjing tersebut lalu diambil dan dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Denpasar untuk diperiksa. Hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa anjing itu positif rabies.

Sementara kasus terbaru di Sikka dilaporkan pada Senin, 15 Mei 2023. Menurut keterangan dr. Asep, seorang anak berusia 2 tahun harus dirujuk dari Puskesmas Watubaing ke RSUD TC Hillers Maumere pada Senin malam karena digigit anjing tetangga. “Luka risiko tinggi tertular rabies karena gigitan di wajahnya,” ujar dr. Asep.

Hingga berita ini diterbitkan, belum ada informasi lebih lanjut terkait perkembangan penanganan korban gigitan anjing yang diduga tertular rabies tersebut.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x