Detik-detik Bidan Puskesmas Ritaebang Tolong Pasien Melahirkan di Atas Kapal, Sempat Cemas Karena Hal Ini

- 20 Maret 2024, 06:37 WIB
Para bidan Puskesmas Ritaebang saat menolong pasien melahirkan di atas kapal laut KM Basa Raya.
Para bidan Puskesmas Ritaebang saat menolong pasien melahirkan di atas kapal laut KM Basa Raya. /Dok. YMLN

FLORESTERKINI.com – Sebuah peristiwa yang cukup menyita perhatian publik di Kabupaten Flores Timur saat ini yakni salah seorang ibu hamil yang melahirkan di tengah laut di atas kapal motor kayu saat dirujuk ke RSUD dr Hendrikus Fernandez Larantuka, Selasa, 19 Maret 2024. Sang ibu hamil, Yasinta Ose Herin (18), berasal dari Desa Titehena, Kecamatan Solor Barat, Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Nyawa Yasinta Ose Herin dan bayinya berhasil selamat berkat kesigapan dan tangan dingin dari lima bidan yang mendampinginya dalam proses melahirkan di tengah laut dalam KM Basa Raya.

Namun, peristiwa itu sempat membuat kelima bidan tersebut jadi cemas, terutama ketika Yasinta Ose Herin berhasil melahirkan buah hati pertamanya itu. Nah, begini kisah selengkapnya.

Baca Juga: Jadwal Kualifikasi Piala Dunia 2026: Indonesia vs Vietnam, STY Tak Bertolak dari Hasil Piala Asia 2023

Yasinta Ose Herin yang difasilitasi 2H2 Center Dinas Kesehatan Flores Timur hendak dirujuk dari Puskesmas Ritaebang ke RSUD dr Hendrikus Fernandez Larantuka.

Perjalanan dari Desa Titehena menuju Puskesmas Ritaebang di Kecamatan Solor Barat menempuh jarak yang cukup jauh, sekitar puluhan kilometer. Yasinta Ose Herin bersama dua orang nakes desa dan keluarga berangkat dari desanya ke Ritaebang pukul 07.00 WITA.

Setelah tiba di Puskesmas Ritaebang sekitar pukul 07.30 WITA, dengan kondisi sesak napas (bawaan asma), tim dokter pada PKM Ritaebang lantas memutuskan untuk merujuk Yasinta Ose Herin ke RSUD Larantuka.

Baca Juga: Puspen TNI Sebut Satu Lagi Prajurit Tewas Akibat Aksi Saling Tembak dengan KKB di Papua

Bidan yang turut mendampingi pasien rujukan itu yakni Yasinta Tua Lewar (47), Lusia S. Bolen (40), Ramadiana Yusuf (34), Tekliana Rostin Mangge (29), dan Posentina Masandai Herin (27).

Cuaca pada saat itu di areal Ritaebang sungguh sangat tidak bersahabat. Hembusan angin dan gulungan ombak saling bersahutan, sehingga kapal pelayaran pun tak bisa beroperasi sebagaimana biasanya.

Sementara itu, di armada Pelabuhan Balaweling I dan Pamakayo, kapal motor yang beroperasi ke Larantuka sudah pada berangkat dari pukul 07.00 WITA hingga 08.00 WITA.

Baca Juga: Harga Barang Naik Jelang Idul Fitri, Masyarakat Diingatkan Belanjakan Uang Secara Bijak

Ruang koordinasi pun sesegera mungkin diambil. Komunikasi dari pihak nakes Puskesmas Ritaebang terarah ke KM Basa Raya yang beroperasi di Podor Kecamatan Solor Timur.

Beruntung, pihak pemilik dan kru kapal serta seluruh penumpang bersedia menunggu kedatangan pasien rujukan dan rombongan dari Puskesmas Ritaebang.

Terbentang jarak yang sangat jauh, akhirnya mereka tiba pukul 09.20 WITA, setelah berangkat dari Puskesmas Ritaebang dengan mobil ambulans pukul 08.00 WITA. Setibanya di Podor, KM Basa Raya pun langsung melepaskan tali dan bergegas ke Larantuka.

Baca Juga: Sejumlah 'Nama Besar' di Dapil Flotim 6 Gagal Lolos ke Bale Gelekat, Ada Wakil Ketua DPRD Flores Timur

Terjeda jarak puluhan kilometer dari Desa Titehena ke Pelabuhan Podor dan harus menyeberang dengan kapal kayu KM Basa Raya menempuh puluhan mil laut, memaksa perempuan 18 tahun itu untuk melahirkan darurat.

Mulanya, bidan Puskesmas Ritaebang, Lusia Surat Bolen, mengusap badan Yasinta Ose Herin yang kram dan kejang. Keluhan sakit di tengah laut itu ternyata karena badan bayi sudah mulai terlihat.

“Ibu, ibu, saya sudah tidak bisa,” kata Lusia, menceritakan kembali kata-kata Yasinta Ose Herin yang merintih kesakitan di dalam kapal.

Baca Juga: Jalan Dana Inpres TA 2023 di Solor Rusak Sesaat Rampung, Kontraktor Pelaksana Langsung Kebutkan Perbaikan

Karena badan bayi semakin terlihat, Lusia bersama empat bidan lainnya, Yasinta Lewar, Ramadiana Yusuf, Tekliana Rostin Mangge, dan Posentina Masandai Herin, lantas mengambil tindakan cepat.

Berhasil partus normal, kelima bidan sempat dibuat cemas karena bayi berjenis kelamin perempuan dengan berat badan 2,2 kilogram itu tak mengeluarkan suara tangisan dan badannya tampak biru.

“Mau tidak mau harus selamatkan. Bayinya sempat tidak menangis, kulitnya warna biru, tapi tetap berusaha semampu kami sampai bayinya menangis,” cerita Yasinta Lewar, bidan senior Puskesmas Ritaebang.

Baca Juga: 95 Gereja di Kota Kupang Jadi Target dan Prioritas Pengamanan Menjelang hingga Saat Hari Raya Paskah 2024

Yasinta menerangkan, saat merujuk pasien bersalin, bidan selalu membawa tas berisi set perlengkapan pertolongan bersalin. Sebab kondisi genting bisa terjadi kapan saja dan di tempat yang tak terduga.

Namun pada akhirnya, kelima bidan mengaku legah karena ibu dan bayi berhasil selamat, meski Yasinta Ose Herin memiliki riwayat sakit dan bayinya mengalami kelainan letak bokong dan kaki.

“Melahirkan pas di Tanjung Gemuk. Puji Tuhan ibunya tidak ada masalah, bayinya juga selamat,” ujarnya.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah