Sambil mengusap, mengelus-elus komponen tubuh bumil sebagaimana posisi duduk setiap mereka, kelima bidan itu terus berusaha meyakinkan bumil bahwa persalinannya itu pasti berjalan normal, karena bumil sedang dikawal oleh 'dokter' terhebat, yakni Tuhan.
Ketika laju KM Basa Raya telah melewati sisi Tanjung Gemuk, bumil remaja itu semakin mengerang kesakitan. "Aduh, aduhhh ibu, saya sudah tidak tahan lagi,” tiru Uci menggambarkan situasi bumil di separuh perjalanan laut mereka.
Komando konsentrasi penuh pun langsung diteriaki bidan Amsi kepada rekan-rekannya. Peralatan persalinan pun serta-merta disiagakan Neng Jusuf, selanjutnya ia membantu bidan Amsi dan Uci yang tengah siaga berkonsentrasi pada separuh kaki mungil yang perlahan keluar.
"Ketika bumil menjerit kesakitan, semua kami ekstra siaga, siap melakukan pertolongan persalinan. Saya singkapkan kain yang dikenakan. Saat itu sebagian tubuh, yakni kedua kaki bayi hingga sebagian bokongnya, sudah di luar," tutur bidan Uci.
Dirinya bersama bidan Amsi dibantu Neng, Telin, dan Ira lalu melakukan pertolongan untuk melancarkan gerakan keluar bayi berjenis kelamin perempuan itu.
"Puji Tuhan, semuanya berjalan lancar. Setelah bayinya sudah dalam penguasaan saya, ibu Neng sigap membereskan tali pusat bayi, dan ibu Amsi dibantu Ira dan Telin berkonsentrasi melahirkan plasenta," urai Uci diamini Neng dan Amsi.
Baca Juga: Dua Pelaku Pengeroyokan Guru Dolu di Lembata Ditetapkan sebagai Tersangka
Lanjut Uci, keriangan mereka atas kelancaran persalinan tersebut sontak redup, lantaran tak terdengar tangisan si bayi di balik rontahannya menikmati situasi alam barunya.