Luncurkan Buku ‘Pengantar Linguistik Nariq Edang’, Alex Wulohering: Ikhtiar Kecil Melestarikan Bahasa Kedang

- 30 Mei 2024, 07:18 WIB
Acara peluncuran di Ballroom Hotel Olympic Lewoleba, buku "Pengantar Linguistik Nariq Edang" karya Drs. Alex Puaq Wulohering (kanan).
Acara peluncuran di Ballroom Hotel Olympic Lewoleba, buku "Pengantar Linguistik Nariq Edang" karya Drs. Alex Puaq Wulohering (kanan). /Dok. Ist./HO-FLORESTERKINI.com

FLORESTERKINI.com – Buku "Pengantar Linguistik Nariq Edang" karya Drs. Alex Puaq Wulohering secara resmi diluncurkan di Ballroom Hotel Olympic Lewoleba, Lembata, Nusa Tenggara Timur, pada Rabu, 29 Mei 2024. Acara ini dihadiri oleh berbagai tokoh penting seperti Penjabat Bupati Lembata, kepala organisasi perangkat daerah (OPD), tokoh masyarakat, kepala sekolah, serta camat dan kepala desa dari wilayah Omesuri dan Buyasuri. Tidak ketinggalan, masyarakat penutur bahasa Kedang juga turut memeriahkan acara ini.

Drs. Alex Puaq Wulohering, penulis yang kini berusia 73 tahun, berasal dari Wa'kio, Desa Panama, Kecamatan Buyasuri Kedang. Ia memulai pendidikannya di Sekolah Rakyat Katolik (SRK) Aliuroba, melanjutkan ke SMP dan SMA Seminari San Dominggo Hokeng, dan kemudian memperoleh gelar Sarjana Muda Kateketik dari Akademi Pendidikan Kateketik (APK) Ruteng serta gelar Sarjana S1 Filsafat dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero.

Selama sepuluh tahun terakhir, Alex mendalami ilmu linguistik secara otodidak melalui studi pustaka dan penelitian di kampung halamannya. Buku ini merupakan hasil kerja keras selama masa pensiunnya.

Baca Juga: Catat Tanggalnya! Pol PP Ende Akan Gelar Operasi Pasar Tertibkan Peredaran Rokok Ilegal

Dalam buku "Pengantar Linguistik Nariq Edang", Alex mengangkat bahasa Kedang, yang dituturkan oleh masyarakat di wilayah kecamatan Buyasuri dan Omesuri di Lembata. Ia berharap karyanya ini dapat menarik perhatian terhadap pentingnya melestarikan bahasa ibu agar tidak punah tergerus oleh bahasa-bahasa yang memiliki jumlah penutur lebih banyak.

Alex menegaskan, penguasaan bahasa asing yang berlebihan tidak boleh dianggap sebagai supremasi atas bahasa daerah. Menurutnya, jika ancaman ini tidak diatasi, bahasa-bahasa daerah dapat terpinggirkan bahkan hilang dari kamus dunia.

"Banyak bahasa daerah sudah punah atau terancam punah, banyak di antaranya tinggal nama saja," katanya.

Alex menekankan perlunya langkah konkret untuk melindungi bahasa daerah dari kepunahan. Ia mendorong masyarakat penutur bahasa daerah untuk memiliki rasa memiliki yang kuat terhadap bahasa ibu mereka. Dengan cara ini, bahasa ibu tidak akan dianggap lebih rendah dibandingkan bahasa kedua atau ketiga. "Kita tidak perlu merasa malu atau minder menggunakan bahasa ibu kita," tambahnya.

Baca Juga: Sekian Tahun Diliputi Kegelapan! Orang Muda Ritaebang Hadirkan Penerangan di Gua Maria Ave Bintang Laut

Halaman:

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah