Berita Duka! Cendekiawan dan Sastrawan Asal Flores Timur Dr. Ignas Kleden Meninggal Dunia

- 22 Januari 2024, 07:38 WIB
Dr. Ignas Kleden, sosiolog, sastrawan, dan cedekiawan asal Flores Timur, NTT.
Dr. Ignas Kleden, sosiolog, sastrawan, dan cedekiawan asal Flores Timur, NTT. /WAG ALMASEH FLOTIM

FLORESTERKINI.com – Kabar duka kembali menyelimuti tanah Lamaholot, Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Dr. Ignas Kleden, M.A., sastrawan, sosiolog, cendekiawan, dan kritikus sastra yang terkenal di Tanah Air, khususnya di NTT, dikabarkan tutup usia pada Senin, 22 Januari 2024.

Kabar duka terkait sosok yang dikenal sangat mencintai dunia literasi itu semulanya diketahui FLORESTERKINI.com dari WhatsApp Group (WAG) ALMASEH FLOTIM, sebuah grup WA yang beranggotakan para alumni Seminari San Dominggo Hokeng, Larantuka.

“Berita duka. Telah berpulang dalam damai, Bapak Ignas Kleden pada Senin, 22 Januari 2024 pukul 03.46 WIB di RS Suyoto, Jakarta Selatan,” demikian bunyi pesan duka yang dibagikan salah satu anggota grup WA dimaksud, dikutip Senin, 22 Januari 2024.

Baca Juga: Keluarga Flores Timur Manokwari Galang Dana untuk Korban Erupsi Gunung Lewotobi

“Rumah duka untuk persemayaman jenazah serta berita pemakaman akan menyusul. Mohon doa bagi perjalanan akhir beliau,” lanjut isi berita duka tersebut.

Kabar duka terkait meninggalnya Dr. Ignas Kleden tersebut dikonfirmasi juga oleh Pater Leo Kleden, SVD, seorang kerabat dekat almarhum. "Benar," kata Pater Leo Kleden melalui pesan WhatsApp saat dikonfirmasi media ini Senin pagi.

Sekilas tentang Dr. Ignas Kleden

Dr. Ignas Kleden lahir dan besar di Waibalun, Larantuka, Flores Timur, NTT, pada 19 Mei 1948. Meskipun sempat gagal menjadi imam Katolik, Ignas Kleden akhirnya bisa menjadi orang sukses di masa depan.

Baca Juga: SEDANG BERLANGSUNG! Link Live Streaming Real Madrid vs Almeria: Saksikan Aksi Spektakuler di Santiago Bernabeu

Dilansir dari laman Universitas STEKOM, Ignas Kleden menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Filsafat Teologi/STFT (sekarang Institut Filsafat dan Teknologi Kreatif/IFTK) Ledalero, Maumere, Flores, pada tahun 1972.

Kemudian, ia berhasil meraih gelar Master of Art di bidang filsafat dari Hochschule fuer Philosophie, Muenchen, Jerman, pada tahun 1982, lalu gelar Doktor di bidang Sosiologi dari Universitas Bielefeld, Jerman pada tahun 1995.

Sepanjang hidupnya, Ignas Kleden juga dikenal sebagai penerjemah buku-buku teologi di Penerbit Nusa Indah, Ende, Flores. Ia juga sempat bekerja sebagai editor pada yayasan Obor Jakarta (1976-1977), Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta (1977-1978), dan Society for Political and Economic Studies, Jakarta.

Di tahun 2000, Ignas Kleden turut mendirikan Go East, yang kini menjadi Pusat Pengkajian Indonesia Timur.

Baca Juga: Sinopsis Long Time No Sex, Drama Korea Terbaru yang Diperankan Esom dan Ahn Jae Hong

Beberapa tulisannya yang terpopuler bisa ditemukan di beberapa majalah terkenal Tanah Air, seperti Basis (Yogyakarta), Budaya Jaya (Jakarta), Tempo, Kalam, Harian Kompas, dan artikel-artikel menarik lainnya yang tersebar di berbagai jurnal ilmiah Tanah Air.

Di bidang sastra, tulisan-tulisan menarik Ignas Kleden bisa ditemukan dalam buku Anjing-Anjing Menyerbu Kuburan (Cerpen Pilihan Kompas 1997) yang juga memuat esainya yang berjudul “Simbolis Cerita Pendek”.

Beberapa karya lainnya di bidang sastra seperti kumpulan esai tentang perbukuan Buku dalam Indonesia Baru (1999) yang memuat salah satu tulisannya berjudul: "Buku di Indonesia: Perspektif Ekonomi Politik tentang Kebudayaan”, kemudian buku kumpulan esainya berjudul Sikap Ilmiah dan Kritik Kebudayaan (1988) dan Sastra Indonesia dalam Enam Pertanyaan (2004).

Selain itu, ia juga menulis kata pengantar untuk buku Mempertimbangkan Tradisi Karya Rendra (1993), Catatan Pinggir 2 karya Goenawan Mohamad (1989), dan Yel karya Putu Wijaya (1995).

Baca Juga: Aliran Lava Erupsi Gunung Lewotobi Hampir Masuk Kawasan Pemukiman, Tim SAR Perketat Pengawasan

Berkat ketekunannya di dunia tulis-menulis, khususnya sastra, pada tahun 2003 Ignas Kleden menerima Penghargaan Achmad Bakrie bersama Sapardi Djoko Damono.

Penghargaan tersebut diberikan karena ia dinilai telah mendorong dunia ilmu pengetahuan dan pemikiran sosial di Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi dan lebih tajam lewat essai dan kritik kebudayaannya.

Selain itu, masih banyak tulisan karya Ignas Kleden yang tersebar di berbagai jurnal, majalah, koran, dan website, baik dalam skala nasional maupun internasional. Ia bahkan tetap aktif menulis hingga maut menyambutnya pada hari ini. Selamat jalan Bapak Ignas Kleden!***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah