Trend Pembelian Mobil Listrik di Eropa Meningkat Pesat, Ini Alasannya!

- 3 Juli 2021, 21:12 WIB
ilustrasi mobil listrik.
ilustrasi mobil listrik. /Foto: PIXABAY/

FLORES TERKINI – Kehadiran mobil listrik di Eropa saat ini semakin memikat para konsumen baru. Hal ini karena satu dari setiap pembelian mobil, konsumen dibebaskan untuk memilih membeli mobil hybrid atau mobil listrik.

Pangsa pasar mobil listrik di sana mengalami kenaikan berlipat ganda pada tahun 2019 yang kemudian dilanjutkan lagi pada 2020.

Dilihat dari kesuksesan penjualan mobil listrik ini, Eropa lalu mengklaim jika mereka berhasil menurunkan kadar CO2 sebesar 12 persen. Hasil tersebut tentunya mengalami peningkatan yang bagus dibandingkan pada 2019 yang lalu.

Baca Juga: Pariwisata Thailand Lesu, Otomotifnya Meningkat Pesat hingga 10 persen dari GDP alias Produk Domestik Bruto

Jika dilihat berdasarkan negara, hampir setiap negara di Eropa mengalami pertumbuhan penjualan mobil listrik yang cenderung meningkat.

Pada akhir tahun lalu, Norwegia mengalami peningkatan sebesar 50 persen, 20 persen terjadi di Jerman, 16 persen di Inggris dan di Prancis 15 persen.

Dengan jumlah hampir 1,4 juta mobil listrik yang terjual pada tahun 2020, atau 8 persen dari total penjualan, pasar Eropa menjadi pasar mobil listrik terlaris yang diprediksi akan meningkat dua kali lipat menjadi 15 persen pada tahun 2021 ini.

Baca Juga: Suzuki Jimny Lite Terjun di Pasar Australia Agustus Mendatang, Besar Kemungkinan Meluncur ke Indonesia

Di tempat kedua, 400 produk mobil listrik asal China berhasil terjual di pasar nasional mereka sekitar 1,3 juta unit kendaraan.

Amerika Serikat berada jauh di belakang dengan 350.000 unit terjual, dan Jepang mencapai puncak pada 40.000 penjualan. Secara total, penjualan di dunia saat ini sekitar 3 juta kendaraan listrik atau 4 persen dari pasar global.

Titik balik yang mendukung meningkatnya minat terhadap kendaraan listrik ini adalah peristiwa industri dunia tahun 2020. Ini sangat penting karena sektor transportasi mengembangkan konsekuensi penataan di pasar logam dan energi selama beberapa tahun di semua industri global.

Baca Juga: Toyota Rilis Mobil Terbaru yang Bikin Kepolisian Dubai Langsung Jatuh Cinta, Ini Bocorannya

Mengenai logam, banyak perubahan teknis telah memengaruhi industri baterai lithium ion yang menjadi pelengkap mobil listrik. Yang tertua, yang beroperasi dengan katoda Nikel-Mangan-Cobalt (NMC) telah dimodernisasi.

Tujuan dari pembaharuan ini tentunya untuk mengurangi pangsa kobalt demi nikel pada tahap awal dan kemudian mangan untuk masa depan.

Meski demikian, ketiga bahan dasar industri baterai ini secara bertahap akan digantikan oleh katoda lithiated iron phosphate (LFP) untuk city car dengan jarak tempuh yang lebih pendek, standarnya adalah 400 km.

Baca Juga: Buruan Dapatkan Honda CB150 Verza dan Suzuki GSX 150 Bandit yang Populer Bulan Ini

Ke depannya, pasar baterai dipredikasi akan seimbang 50 persen untuk NMC dan 50 persen untuk LFP. Teknologi terbaru ini telah melengkapi Tesla 3S yang diproduksi di Shanghai dan diekspor ke Eropa pada tahun 2020 serta model Han dari BYD China yang diusulkan di Eropa pada tahun 2021.

Di balik semua itu, peningkatan dan kemajuan teknis ini berarti bahwa otonomi LFP akan terus tumbuh sedemikian rupa sehingga minat formula ini dapat melampaui minat NMC.

Selain itu, koktail LFP dianggap lebih aman karena tidak mudah terbakar, dan sekitar 30 persen lebih murah daripada NMC, sehingga biaya produksi mobil listrik akan setara dengan mobil termal.

Bagaimana kabar kendaraan listrik di Indonesia? Semoga segera terwujud.***

Editor: Ade Riberu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah