Sehingga dalam momentum itu, hanya kaum 'anawim' yaitu orang-orang kecil dan rendah hati seperti para gembala dari tanah Israel lebih dulu menjumpai Dia.
Pada Pesta Epifani, Cahaya Wajah Tuhan, yang adalah terang bagi segala bangsa, dinyatakan kepada tiga Majus yang datang dari negeri nan jauh, karena mereka "telah melihat bintangnya di ufuk Timur".
Mereka ini sebenarnya mewakili semua bangsa yang juga mencari dan merindukan penyelamatan-Nya.
Seperti para Majus yang dituntun oleh cahaya bintang, setiap kita pun dituntun oleh sinar 'bintang', yaitu cahaya akal budi, cahaya hati nurani, dan lebih lagi oleh cahaya iman, untuk menemukan Emanuel, Allah-beserta-kita.
Tanpa iman, orang tidak bisa menjumpai Almasih dalam kesahajaan-Nya. Tanpa iman, hanya ada dua kemungkinan lain, seperti dilukiskan dalam Injil berikut ini.
Para ahli Taurat tahu dari Kitab Suci bahwa Almasih lahir di Betlehem, tapi mereka mereka tidak pergi bersama para Majus untuk mencari dan menyembah Dia. Ini sikap tak acuh.
Herodes mau mencari Dia dengan maksud untuk membunuh-Nya, karena Herodes merasa terancam oleh Kanak yang disebut oleh para Majus "raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu". Sikap Herodes ini adalah sikap kejam oleh karena nafsu kuasa.
Setibanya di Betlehem, para Majus bersujud mempersembahkan emas, kemenyan, dan mur, yang melambangkan bahwa Dia adalah Raja, Tuhan, dan Penyelamat.