Dari puncak gunung, tampak pemandangan indah yang tak terlihat dari lembah atau dataran. Begitu juga dari dimensi rohani yang lebih tinggi, murid-murid melihat keindahan luar biasa dan tak terduga: wajah Yesus bersinar cemerlang dan pakaian-Nya putih berkilauan.
Dalam peristiwa ini, Yesus mewahyukan dua hal: (1) keagungan wajah Putra Allah Mahatinggi; dan (2) keindahan wajah manusia yang diciptakan menurut citra Allah. Kristuslah yang membarui wajah asali kita menjadi wajah anak-anak Allah yang indah cemerlang melalui penebusan-Nya.
Baca Juga: Ketua PPK Talibura Dirawat di Puskesmas, Polsek Waigete Kunjung dan Beri Motivasi
Suara Bapa dari surga memberikan kesaksian: “Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia”. ‘Mendengarkan Yesus’ berarti menaati firman-Nya dan setia mengikuti teladan hidup-Nya.
Petrus berkata: “Rabi, betapa bahagianya kami di tempat ini...”. Saat itu, rasul ini belum tahu bahwa Almasih harus menderita sengsara dan wafat untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya. Maka Yesus mengajak mereka turun gunung dan meneruskan perjalanan ke Yerusalem, yang kelak membawa-Nya ke gunung lain: Golgota.
Simpulannya, tak ada jalan pintas menuju kemuliaan kebangkitan, selain melalui jalan salib. Itulah inti misteri Paskah.
Doa
Tuhan, sinarilah kami dengan cahaya Wajah Kristus dan baruilah kami menjadi putra-putri-Mu terkasih. Tuntunlah kami mengikuti jejak Yesus Penebus melalui jalan Salib menuju kemuliaan kebangkitan. Amin.***
Disclaimer: Renungan Katolik ini sejatinya disusun dan dibawakan oleh Pater Leo Kleden SVD, kemudian dibagikan lagi di sini dengan perubahan seperlunya, dengan maksud dan tujuan evangelisasi di media sosial.