Dalam pidato pembukaan Sidang ke-47 Dewan Hak Asasi Manusia PBB, 21 Juni-13 Juli, di Jenewa, Bachelet mempresentasikan laporan tahunannya tentang kegiatan kantornya.
Dia mengungkapkan ada laporan tentang peran sentral negara dalam menanggapi pandemi dan kesehatan lainnya serta keadaan darurat, dalam mewujudkan semua hak asasi manusia.
"Laporan yang dapat dipercaya, tentara Eritrea masih ada di sana, meskipun ada janji untuk pergi. Pemerintah Ethiopia mengatakan akan meminta pertanggungjawaban mereka yang melakukan pelanggaran dan lebih dari 50 tentara diadili karena pemerkosaan atau pembunuhan warga sipil di Tigray. Ini belum merilis rincian dari kasus-kasus itu,” ungkapnya.
Konflik Tigray
Perang di Tigray dimulai pada November sebagai upaya Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed untuk melucuti kelompok pemberontak Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
TPLF adalah partai politik dan kelompok paramiliter nasionalis. Di satu sisi ada gerilyawan yang setia kepada pemimpin Tigray yang digulingkan dan sekarang jadi buronsn.
Di sisi lain adalah pasukan pemerintah Ethiopia, pasukan sekutu dari negara tetangga Eritrea dan milisi dari kelompok etnis Amhara Ethiopia yang melihat diri mereka sebagai saingan gerilyawan Tigrayan.
Lebih dari 2 juta dari 6 juta orang Tigray telah melarikan diri untuk mencari tempat berteduh yang aman bagi mereka.