Profil Ayman Al Zawahiri, Pemimpin Al Qaida yang Tewas dalam Serangan Pesawat Tak Berawak AS

- 3 Agustus 2022, 21:44 WIB
Pemimpin Al Qaida, Ayman Al Zawahiri, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat di Ibu Kota Afghanistan, Kabul.
Pemimpin Al Qaida, Ayman Al Zawahiri, yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat di Ibu Kota Afghanistan, Kabul. /ANTARA/al-jazeera

FLORES TERKINI – Pemimpin Al Qaida, Ayman Al Zawahiri, tewas dalam serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat di Ibu Kota Afghanistan, Kabul.

Ayman Al Zawahiri terbunuh usai dua rudal Hellfire yang diluncurkan dari pesawat nirawak AS akhir pekan lalu langsung mengenai dirinya.

Saat itu, Ayman Al Zawahiri yang berusia 71 tahun itu sedang berdiri di balkon rumahnya di pusat kota Kabul, Afghanistan.

Baca Juga: Jadwal Divisi Utama Piala Bupati Kamis 4 Agustus 2022 Arsenal vs Amposh, Masgilbol: El Clasico Flotim

Rudal Hellfire adalah peluru kendali udara ke darat berpresisi tinggi yang biasanya menyebabkan kerusakan besar.

Hantaman rudal Hellfire disebut mampu meruntuhkan gedung dan membunuh atau melukai orang-orang di dekatnya.

Sementara jenis rudal Hellfire yang menewaskan Ayman Al Zawahiri diduga merupakan rudal versi modifikasi bernama R9X, yang memiliki enam pisau untuk melukai sasaran, demikian menurut beberapa sumber yang memahami senjata itu seperti dilansir Reuters.

Baca Juga: Pendaftaran PPPK Tahun 2022 Sudah Sejauh Mana? Simak Penjelasan Lengkap BKN Berikut Ini

Tampak dari foto-foto yang beredar saat serangan terjadi, tampak jendela yang hancur berantakan di lantai dua, sementara struktur bangunan rumah itu tetap utuh meski dihantam rudal Hellfire.

Sejumlah pejabat meyakini bahwa R9X sangat kecil kemungkinan menimbulkan korban di kalangan warga sipil karena rudal itu tidak menimbulkan ledakan, tetapi hanya menyerang target dengan pisau-pisau tajamnya.

Sekilas tentang Ayman Al Zawahiri

Dikutip dari ANTARA, Ayman Al Zawahiri adalah ahli strategi yang telah berkecimpung di dunia itu selama bertahun-tahun.

Baca Juga: Pilih Damai, Penuntutan Kasus Dugaan Tindak Pidana Penganiayaan Seorang Anak di TTS Dihentikan

Zawahiri mengambil alih kepemimpinan Al Qaida setelah pembunuhan Osama Bin Laden oleh pasukan AS pada Mei 2011.

Setelah kematian Osama, serangan udara AS juga membunuh orang kepercayaan Zawahiri sehingga menyulitkan dia melakukan koordinasi secara global.

Ia menjadi saksi bagaimana Al Qaida digulingkan dalam pemberontakan Arab 2011, yang diluncurkan oleh aktivis kelas menengah dan intelektual yang menentang autokrasi selama beberapa dekade.

Baca Juga: Hasil Pertandingan Soeratin Cup 2022 NTT Rabu 3 Agustus 2022: PSKK ‘Bantai’ Persematim 3-1

Meskipun memiliki reputasi sebagai pribadi yang tidak fleksibel dan agresif, Zawahiri berhasil mengasuh kelompok-kelompok yang berafiliasi dengan Al Qaida di seluruh dunia yang tumbuh untuk mengobarkan pemberontakan, beberapa di antaranya berakar pada gejolak yang timbul dari “The Arab Spring”.

Kekerasan tersebut membuat sejumlah negara di Asia, Afrika, dan Timur Tengah tidak stabil.

Namun, periode Al Qaida sebagai jaringan yang ditargetkan secara terpusat karena menyerang Amerika Serikat pada 11 September 2001, telah lama berlalu. Kelompok militan itu lantas kembali ke akarnya dalam konflik tingkat lokal.

Baca Juga: Yuk, Baca Ramalan Zodiak Kamis 4 Agustus 2022 untuk 12 Bintang: Orang Sabar Banyak Rezekinya

Asal-usul Zawahiri dalam Al Qaida telah lama dikenal. Pertama kali dunia mendengar tentang Zawahiri saat dia berdiri di dalam ruang sidang terkait kasus pembunuhan Presiden Mesir Anwar Al Sadat pada 1981.

"Kami telah berkorban dan kami siap untuk berkorban lebih banyak lagi sampai adanya kejayaan Islam,” teriak Zawahiri yang saat itu mengenakan jubah putih.

Dia harus mendekam dalam penjara selama tiga tahun karena kepemilikan senjata ilegal, tetapi ia dibebaskan dari tuduhan utama.

Baca Juga: Agotugu FC Resmi Mundur dari Turnamen Divisi Utama Piala Bupati Flotim, Netizen: Ini Dia Sang Juara Sejati!

Zawahiri yang juga seorang ahli bedah terlatih sempat pergi ke Pakistan. Di sana, dia bekerja bersama Bulan Sabit Merah merawat gerilyawan mujahidin yang terluka di Afghanistan dalam melawan pasukan Uni Soviet kala itu.

Selama periode itu, ia berkenalan dengan Osama bin Laden, seorang warga Saudi kaya raya yang bergabung dalam pasukan mujahidin di Afghanistan.

Pada 1993, Zawahiri mengambil alih kepemimpinan Jihad Islam di Mesir, seperti dikutip dari Reuters.

Baca Juga: Waspada Gelombang Tinggi 6 Meter di Perairan NTT hingga 4 Agustus 2022

Zawahiri juga dikenal sebagai tokoh terkemuka pada pertengahan 1990-an di Mesir karena menggulingkan pemerintah dan ingin mendirikan negara Islam murni. Ketika itu, lebih dari 1.200 warga Mesir terbunuh selama masa pemberontakan.

Pada 1999, pengadilan militer Mesir menjatuhkan hukuman mati kepada Zawahiri secara in absentia. Dalam waktu bersamaan, ia bersama Osama Bin Laden membentuk Al Qaida.

Sebuah rekaman video yang ditayangkan oleh Al Jazeera pada 2003 menunjukkan kedua pria itu berjalan di lereng gunung yang berbatu.

Sebuah gambar yang diharapkan intelijen Barat akan memberikan petunjuk tentang keberadaan mereka.

Baca Juga: Hasil Pertandingan Divisi Utama Piala Bupati Flotim 2022: Kolaka Tak Mampu Redam Gempuran Radar FC

Penerus Osama bin Laden

Zawahiri menggantikan posisi Osama bin Laden yang tewas dibunuh pasukan khusus AS di Pakistan. Sejak itu, ia berulang kali menyerukan jihad global dalam pesan video.

Zawahiri sering mencoba membangkitkan semangat di kalangan umat Islam dengan berkomentar di media sosial tentang sejumlah isu sensitif seperti kebijakan AS di Timur Tengah atau tindakan Israel terhadap Palestina.

Baca Juga: Bebas dari Rutan Ruteng, Seorang Pria Asal Bulgaria Dideportasi Pihak Imigrasi Labuan Bajo

Selama menjadi kepala operasi jaringan teroris dan buronan AS, 'kepala' Zawahiri dihargai mahal oleh AS.

Di website resmi FBI, ‘kepala’ Zawahiri dihargai 25 juta dolar AS atau setara Rp214,8 miliar.

Zawahiri didakwa oleh AS atas perannya dalam pengeboman di Kedutaan AS di Kenya dan Tanzania pada 1998.

Ia juga memiliki peran dalam mengatur serangan 11 September 2001 di Menara Kembar World Trade Center di New York, Pentagon dan Pennsylvania. Serangan tersebut dikenal sebagai Tragedi 9/11.***

Editor: Ade Riberu

Sumber: Reuters ANTARA


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x